Artikel ini akan membawa Anda dalam perjalanan visual ke keindahan Taman Ujung Bali. Kami telah mengumpulkan 10 foto menakjubkan yang menghadirkan pesona objek wisata sejarah ini di Sukasada, Karangasem, beserta informasi tentang harga tiket masuk.
Alamat: Banjar Ujung, Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali 80811
Map: Klik Disini
HTM: Rp.15.000 per Orang
Buka Tutup: 08.00-17.00
Telepon: 0812-3858-7810
Tahukah Anda saat ini mengenai lokasi-lokasi terbaik serta terdekat dari toko-toko plastik di wilayah Kota Batam? Salah satu destinasi wisata yang patut disinggahi di wilayah timur Bali adalah Taman Ujung Karangasem. Taman ini dikenal luas akan pesona keindahannya yang disusun dengan rapi, menciptakan pemandangan yang sangat memukau.
Pesona taman ini sungguh tak tertandingi, karena setiap sudutnya menghadirkan pemandangan lapangan hijau dan beragam pohon palem serta tanaman hias yang menawan.
Tersedia juga struktur menakjubkan berada di tengah-tengah danau buatan yang umumnya dipergunakan oleh para raja dari Karangasem.
Rancangan konstruksinya memang sangat kokoh karena dibangun dengan bahan beton, menjadikannya mampu bertahan hingga saat ini.
Walau pun bangunan-bangunan di kompleks taman ini telah berusia hampir seratus tahun, sebab didirikan oleh raja Karang Asem pada tahun 1919 sebagai tempat istirahat.
Tidak hanya itu, tempat ini juga berfungsi sebagai lokasi penyambutan tamu-tamu terhormat. Ada dua danau buatan serta satu kolam yang terletak di bagian selatan dan utara, masing-masing memiliki peran yang berbeda.
Kolam-kolam atau danau-danau buatan ini dikelilingi oleh lapangan rumput yang luas, serta terdapat jalan akses yang melingkari taman untuk pengunjung berjalan-jalan.
Di atas air di bagian selatan danau, terdapat sebuah struktur pendopo terbuka yang dikenal sebagai Balai Kambang. Bangunan ini dikelilingi oleh taman rumput dan terletak dengan posisi yang sedikit menjorok ke utara.
Pada masa lampau, bangunan ini digunakan sebagai tempat untuk berinteraksi santai dengan tamu negara dan juga sebagai tempat untuk mengadakan jamuan makan tanpa gangguan. Bangunan ini memiliki desain sederhana dengan lantai bertingkat dan atap genteng yang ditopang oleh sejumlah tiang di sepanjang tepi lantai.
Setiap sisi taman yang melingkari Balai Kambang didekorasi dengan pot tanaman yang beragam jenisnya, menambahkan keindahan alami pada lingkungan tersebut.
Untuk mencapai Balai Kambang dari tepi kolam, terdapat sebuah jembatan kecil yang kokoh. Jembatan ini dirancang dengan keindahan estetika yang mencerminkan gaya khas Bali, Cina, dan Eropa.
Mereka yang melintasi jalan di atas jembatan menuju Balai Kambang akan melewati enam gapura berdampingan setiap dua meter, dengan struktur bangunan yang menyerupai simbol kerajaan Karang Asem.
Di danau buatan ini, terdapat fasilitas perahu yang tersedia bagi pengunjung yang ingin menjelajahi kolam air luas berwarna hijau.
Mayoritas penumpang perahu adalah anak-anak pengunjung yang dengan sabar mengantri untuk kesempatan mereka, meskipun harus menunggu giliran.
Di bagian timur, terletak sebuah kolam persegi panjang yang mirip dengan tempat mandi atau kolam ikan, ukurannya paling kecil di antara ketiga danau tersebut.
Kolam ini terletak di tepi jalan raya yang mengarah ke pantai, memungkinkan pemandangan laut terlihat dengan kejelasan.
Di bagian selatan kolam, terdapat beberapa pohon rindang yang memberikan tempat berteduh bagi para pengunjung.
Kolam di sisi utara memiliki dimensi paling besar, dan di permukaan airnya menjulang sebuah bangunan yang mencolok dan megah bernama Bale Gili.
Bale Gili memiliki bentuk rumah yang menghadap ke arah selatan dan utara, karena pintu masuknya terletak pada kedua arah tersebut.
Taman melingkari Bale Gili, dengan pot-pot tanaman hias ditempatkan di setiap sudut atas permukaan air.
Rancangan arsitektur rumah ini mirip dengan gaya arsitektur Belanda, ditandai dengan banyak jendela kayu berwarna-warni dan kaca patri.
Terdapat dua jembatan yang berfungsi sebagai jalur masuk ke rumah yang berada di atas kolam ini, terletak di sisi selatan dan utara.
Struktur bangunan jembatan tersebut mengesankan dengan menggunakan beton sebagai material utama, dan diberi hiasan dengan enam gapura yang mewakili lambang Kerajaan Karangasem yang ditempatkan setiap tiga meter.
Pada kedua ujung jembatan yang berada di tepi kolam, terdapat kubah yang mencerminkan gaya arsitektur Timur Tengah dan Eropa, berfungsi sebagai pintu masuk menuju jembatan. Rumah itu sendiri berposisi lebih dekat ke arah utara, sehingga panjang jembatan di sisi selatan adalah dua kali lipat dari panjang jembatan di sisi utara.
Di sudut barat laut kolam, terdapat sebuah struktur pendopo berbentuk bulat yang dikenal sebagai Balai Bundar. Bangunan ini memiliki tiang-tiang melingkar yang menopang kubah di bagian atapnya.
Di sekitar Balai Bundar, terdapat taman yang membentang dalam bentuk melingkar dan bertingkat seperti teras, dengan Balai Bundar yang terletak di tingkat tertinggi.
Dari Balai Bundar, pemandangan taman dan pepohonan di sekitarnya dapat terlihat dengan jelas.
Menurut legenda masa lampau, Balai Bundar digunakan sebagai lokasi meditasi bagi para raja pada saat mereka dihadapkan dengan masalah dan sedang mencari solusi dari Sang Pencipta.
Karena alasan tersebut, struktur gedung balai ini ditempatkan di sudut, memungkinkan para raja untuk fokus saat bermeditasi, mempercepat proses mendapatkan petunjuk.
Sementara itu, di ujung barat taman yang terletak di tanah tertinggi, terdapat suatu bangunan berbentuk kotak dengan pilar penyangga mirip gapura, tidak memiliki atap maupun dinding, dikenal sebagai Balai Kapal.
Meskipun ada pintu masuk di sisi barat bangunan ini, pintu tersebut selalu terkunci dan pengunjung tak dapat melewatinya.
Hanya melalui pintu gerbang atau dengan membayar tiket masuk di loket yang terletak dekat dengan area parkir di sebelah utara taman, para pengunjung bisa memasuki taman.
Balai Kapal adalah titik tertinggi di taman ini, dan pengunjung harus mendaki 108 anak tangga jika ingin mencapai bangunan ini.
Dari Balai Kapal, panorama seluruh taman dan pantai dapat teramati dengan jelas, memungkinkan keindahan taman dinikmati dari tempat ini.
Pada zaman dahulu, bangunan ini berfungsi sebagai pos pengamat bagi para raja untuk mengawasi situasi di sekitar taman dan lautan.
Area di sekitar tangga menuju Balai Kapal dihiasi dengan taman bertingkat seperti teras, ditanami tanaman hias dan berbagai jenis pohon, termasuk Kamboja, palem, dan beragam tanaman hias lainnya.
Di sisi utara dan selatan Balai Kapal, tumbuh banyak pohon besar yang membentuk barisan, menjadi batas antara taman dan jalan raya.
Bangunan tanpa atap ini terkenal sebagai tempat favorit untuk pemotretan prewedding.
Tidak ketinggalan, para pengunjung juga antusias mengabadikan momen dengan berfoto di lokasi ini, dengan latar belakang Balai Kapal, dan hasil fotonya menjadi koleksi pribadi atau diunggah di media sosial.
Banyak pelancong domestik yang belum familiar dengan konsep taman gantung atau taman yang terletak di atas air ini, karena letaknya berada di sudut timur dan utara pulau Bali yang lebih terpencil.
Tak hanya itu, tempat wisata ini juga kurang terkenal jika dibandingkan dengan destinasi seperti Nusa Dua, Pantai Kuta di Legian, dan juga Ubud di Gianyar.
Meskipun sebenarnya, jaraknya tidak begitu jauh dari kota Denpasar, hanya sekitar 80 km, dan perjalanan menggunakan kendaraan bermotor hanya memerlukan waktu sekitar 3 jam.
Taman Ujung Karangasem hampir seperti sebuah rahasia tersembunyi, terletak di daerah yang jauh dari keramaian kota, memberikan kesan seperti surga tersembunyi.
Taman ini juga dikenal dengan sebutan Taman Ujung Sukasada, yang terletak di paling ujung timur pulau Bali, tepat di tepi pantai.
Dengan konsep taman yang menggambarkan sebuah puri yang dikelilingi oleh tumbuhan dan air, banyak pelancong asing yang menyebutnya dengan sebutan “Water Palace” dalam bahasa Inggris.
Keberadaan taman ini juga mencerminkan kejayaan masa lalu kerajaan Karangasem, yang mampu membangun taman yang begitu megah dan indah.
Lokasi taman dapat ditemukan di Banjar Ujung, desa Tumbu, kecamatan, dan Kabupaten Karangasem, menjadi bagian dari kawasan kota Amlapura.
Dengan jarak sekitar 5 km dari pusat kota, dapat dicapai dengan perjalanan lurus dari pasar Amlapura.
Anda juga bisa menemukan lokasi ini di peta nasional Pulau Bali, atau menggunakan layanan Google Maps untuk petunjuk yang lebih rinci.
Harga Tiket Masuk
Bagi pengunjung lokal yang datang ke Taman Ujung Karangasem, mereka hanya perlu membayar tiket masuk sebesar Rp.15.000 untuk dewasa dan Rp.7.500 untuk anak-anak.
Bagi wisatawan internasional, tarif tiketnya adalah Rp.35.000 untuk dewasa dan Rp.17.500 untuk anak-anak. Untuk pengunjung yang membawa mobil, akan dikenakan biaya parkir sebesar Rp.5.000, sementara untuk pengendara motor dikenai biaya Rp.2.000.
Sejarah Singkat
Pada permulaannya, sekitar tahun 1901, lokasi taman ini berupa sebuah danau bernama Dirah yang digunakan sebagai tempat pembuangan bagi individu yang terlibat dalam praktik ilmu hitam.
Kemudian, pada masa pemerintahan Raja Karangasem saat itu yang dikenal dengan nama I Gusti Bagus Jelantik, muncul inisiatif untuk mengubah peran Dirah menjadi sebuah tempat yang bernilai bagi para raja Karangasem.
Sang raja, yang juga dikenal dengan gelar Agung Anglurah Ketut Karangasem, berhasrat menciptakan sebuah taman yang cantik yang didekorasi dengan beragam tanaman hias dan vegetasi hijau.
Dengan pengetahuan arsitektur yang dimilikinya, sang raja merancang konsep bangunan taman, kemudian meminta bantuan arsitek lain untuk merealisasikan konsep tersebut.
Raja memilih dua arsitek, satu dari Belanda bernama Van Dent Henz, dan satu lagi dari Cina bernama Loto Ang, untuk bergabung dalam proyek ini.
Proyek pembangunan taman ini dimulai pada tahun 1909 dan berhasil diselesaikan pada tahun 1921, dengan tiga gaya bangunan yang berbeda: gaya Bali, Cina, dan Eropa.
Kecantikan bangunan ini terlihat jelas karena adanya perpaduan budaya Timur dan Barat yang menghasilkan beragam corak dan gaya yang menarik.
Struktur bangunan menggunakan bahan berkualitas tinggi, terutama material beton, sehingga tetap kokoh hingga saat ini.
Raja Karangasem berikutnya, yang dikenal sebagai Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem, juga membangun sebuah taman dengan konsep serupa seperti Taman Sukadana.
Taman yang diberi nama Tirta Gangga, yang bermakna “air suci”, berlokasi di lereng Gunung Agung.
Taman Tirta Gangga dibangun di atas lahan seluas 1,2 hektar yang terdiri dari kolam, pura, dan mata air alami di dalamnya.
Salah satu destinasi wisata di wilayah Karangasem lainnya adalah Candi Dasa, yang menawarkan danau buatan yang dikelilingi oleh keindahan bunga-bunga di tepi pantai, menciptakan pesona yang memikat.
Di sepanjang pantai timur ini, terdapat berbagai bangunan resort & spa serta villa dengan rentang kelas dari melati hingga hotel berbintang lima.
Nama Taman Ujung memiliki popularitas yang merentang di berbagai wilayah di Indonesia. Contohnya adalah Taman Ujung Kulon di Magetan, yang menghadirkan pengalaman wisata pegunungan lengkap dengan fasilitas seperti gardu pandang dan rumah kayu terletak di tepi tebing, dikelilingi oleh aneka tanaman bunga yang indah.
Taman dengan nama yang sama juga dapat ditemukan di Pandeglang, Banten, dikenal sebagai Taman Ujung Kulon yang bertindak sebagai kawasan perlindungan bagi hewan badak.
Selain itu, di ibukota Jawa Barat, Kota Bandung, juga terdapat Taman Ujung Berung yang melingkupi sebuah alun-alun bernama sama. Sekitar area taman ini, terdapat kompleks perumahan yang diberi nama Taman Uber Estate. Di Jakarta, ada pula BKT Taman Ujung Menteng, sebuah area yang memiliki obyek wisata sungai.
Fungsi utama dari Taman Ujung Menteng adalah untuk mengalirkan air dari pusat Kota DKI Jakarta hingga Marunda, bertujuan untuk mengurangi risiko banjir.