Lokasi: Blambangan, Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, Yogyakarta 55573
Map: Klik Disini
Buka Tutup: 07.00-18.00 WIB
Telepon: (0274) 7147102
Harga Tiket Masuk
HTM sebesar Rp.2.000 per Orang. Untuk parkir sepeda motor dikenakan biaya sebesar Rp.2.000 dan kendaraan roda empat membayar biaya parkir sebesar Rp.5.000.
Menjadi Tujuan
Kota Jogja dikenal sebagai destinasi seribu wisata karena terdapat banyak tempat menakjubkan yang menarik minat para wisatawan.
Salah satu objek wisata yang menarik adalah Candi Abang yang masih menjadi misteri besar bagi para ahli arkeologi karena belum terpecahkan hingga saat ini.
Faktanya, Candi Abang memiliki bentuk yang unik karena menggunakan bata merah, yang tidak lazim di wilayah Jawa Tengah.
Sebagaimana umumnya, candi-candi di Jawa Tengah umumnya terbuat dari batu Andesit, seperti Candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, Ijo, dan Dieng.
Sedangkan, candi-candi yang dibangun dengan bata merah biasanya dapat ditemukan di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Di Jawa Timur, terdapat Candi Jabungan dan Candi Tikus yang merupakan peninggalan dari kerajaan Majapahit.
Di sisi lain, di Jawa Barat, ada Candi Blandongan dan Candi Jiwa yang terletak di kompleks percandian Batujaya, Karawang.
Keunikan ini menjadikan Candi Abang menarik perhatian para wisatawan yang penasaran untuk melihat secara langsung keindahan dan bentuk candi tersebut.
Secara umum, bentuk candi telah kehilangan keutuhannya dan hanya terlihat sebagai gundukan tanah yang menyerupai bukit.
Selain itu, candi tersebut tertutup oleh rumput yang lebat, memberikan kesan hijau dan mirip dengan bukit Teletubbies.
Banyak pengunjung yang menyebutnya Bukit Teletubbies karena yang terlihat hanyalah bukit bulat yang ditutupi oleh rumput.
Namun, reruntuhan candi yang tidak terlihat dari bawah candi dapat ditemukan di puncak bukit, dengan bata merah yang tersembunyi di sana.
Pengunjung perlu mendaki ke puncak untuk melihat reruntuhan candi yang terletak di dalam cekungan bekas lubang galian yang besar.
Di atas candi tersebut, ada sebuah lubang besar yang dikatakan oleh penduduk setempat sebagai sumur bernama sumur Bandung.
Situasi ini memang agak aneh, mengingat bahwa untuk membuat sumur di puncak bukit, harus melakukan penggalian yang dalam, bahkan mungkin mencapai puluhan meter hingga ke lereng bukit untuk menemukan mata air.
Keindahan Candi
Candi ini dinamai Candi Abang karena menggunakan bahan bangunan berupa bata merah, yang dalam bahasa Jawa disebut “abang” yang berarti merah.
Candi Abang mendapat nama tersebut karena terletak di daerah yang dikelilingi hutan, persawahan, dan jauh dari pemukiman penduduk. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan sebagian besar penduduk setempat untuk tinggal di lereng bukit.
Candi Abang memiliki alas berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 36m kali 34m. Saat ini, area tersebut telah ditumbuhi padang rumput seperti lapangan bola, sehingga tidak ada lagi jejak bangunan candi yang dulu ada.
Namun, jika kita melihatnya dari atas, kita akan dengan mudah melihat garis pinggir batas alas candi yang berbentuk kotak dengan jelas.
Di bagian selatan candi, terdapat batu Andesit yang memiliki bentuk persegi delapan atau hexagon yang terbelah menjadi dua bagian, tampaknya menyerupai tabik arca.
Pada awalnya, batu persegi ini ditemukan di dalam struktur bangunan candi. Para peneliti mengungkapkan bahwa batu tersebut merupakan alas Yogi yang melambangkan dewa Shiwa dengan bentuk segi delapan.
Di sebelah batu arca atau di tepi selatan, terdapat sebuah warung yang berdiri di bawah pohon rindang, menyediakan makanan dan minuman bagi para pengunjung yang ingin membelinya.
Sementara di tepi utara terdapat papan peringatan dan papan informasi mengenai sejarah candi, serta gazebo yang nyaman sebagai tempat istirahat di bawah pohon besar.
Di sisi utara candi, di luar area alasnya, terdapat padang rumput yang luas yang biasa digunakan oleh penduduk desa untuk menggembala kambing.
Candi ini telah terkubur dalam tanah dan menciptakan sebuah bukit yang tingginya sekitar 6 meter.
Dengan posisinya yang demikian, puncak candi ini menjadi lokasi terbaik untuk menikmati keindahan alam di daerah Sleman dan Yogyakarta secara umum.
Selain itu, banyak pengunjung yang menikmati mengambil foto selfie dengan latar belakang pemandangan alam yang indah.
Pengunjung sangat menyukai fakta bahwa puncak Candi Abang adalah tempat yang sempurna untuk menikmati keindahan matahari terbit dan terbenam.
Pada pagi hari, banyak pengunjung sengaja datang hanya untuk mengejar keindahan matahari terbit.
Sementara itu, sore hari menjadi waktu yang paling ramai, terutama pada hari libur. Banyak pengunjung menghabiskan waktu di puncak Candi Abang untuk menunggu dan menikmati keindahan matahari terbenam.
Pengunjung yang datang pada sore hari biasanya membawa sepeda bersama dengan rombongan mereka, hal itu sangat umum.
Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp.2.000 per orang, sepeda diizinkan untuk mencapai Candi Abang.
Tempat wisata ini sangat cocok bagi pecinta sepeda, dan hampir semua klub sepeda di Jogja pernah mengunjungi tempat ini.
Bagi para penggemar sepeda ekstrem atau Downhill, tempat ini sangat disukai karena akses ke puncak bukit Teletubbies penuh dengan tantangan.
Jalanannya dipenuhi batu-batuan, tanjakan curam, dan licin, yang dapat meningkatkan adrenalin saat mendaki dengan sepeda.
Di sekitar kebun dan sawah penduduk, terdapat banyak jalan setapak yang dapat dilalui dengan sepeda, menambah keseruan perjalanan.
Bentuk asli candi ini seperti piramida, tetapi karena telah runtuh dan terintegrasi dengan tanah, membentuk sebuah bukit.
Sangat disayangkan bahwa candi ini tidak dapat dilestarikan sebagai cagar alam.
Namun, hal ini juga memberikan keunikan tersendiri dan menarik minat banyak orang untuk mengunjunginya.
Keunikan lainnya terletak pada tangga masuk candi yang terbuat dari batu putih atau gamping, yang panjangnya mencapai lereng bukit.
Batu-batu Andesit yang berada di sekitarnya masih menyimpan misteri mengenai kegunaannya hingga saat ini.
Selain itu, di sekitar tangga yang menuju puncak terdapat sebuah warung yang menjual makanan dan minuman kepada para pengunjung.
Saat musim hujan tiba, candi ini akan terlihat hijau karena ditutupi oleh rerumputan yang lebat, sehingga menyembunyikan warna merah dari batu-batunya.
Namun, saat musim kemarau tiba, rumput-rumput tersebut akan mengering dan semakin berkurang, sehingga bekas tumpukan batu merah akan terlihat dengan jelas.
Pada tahun 1932, ditemukan sebuah prasasti pendek yang mencantumkan angka penanggalan, yaitu tahun 794 Saka atau tahun 872 Masehi.
Namun, penanggalan tersebut belum dapat dipastikan apakah merujuk pada tahun pembuatan candi Abang atau tahun pendiriannya.
Para ahli sejarah hanya berpendapat bahwa candi Abang didirikan pada abad ke-9 atau ke-10 Masehi pada masa Mataram kuno.
Letak Lokasi
Candi Abang terletak di Dusun Blambangan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta. Dari pusat kota Jogja, Anda dapat mencapainya dengan perjalanan sejauh 14 km ke arah timur, dengan menggunakan kendaraan bermotor, memakan waktu sekitar 30 menit.
Lokasinya berada di sebelah tenggara Bandara Adi Sucipto, dengan jarak sekitar 7 km yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit.
Rute Menuju Lokasi
Untuk mencapai Candi Abang, Anda dapat melewati jalan utama Yogya-Solo hingga mencapai km 14 di sekitar daerah Kalasan. Kemudian, Anda perlu belok kanan dan mengikuti Jl. Yogyakarta-Piyungan untuk mencapai tujuan.
Setelah mencapai perempatan ketiga, kita harus belok kanan dan melanjutkan perjalanan hingga mencapai SMP 1 Berbah. Di sebelah kanan jalan, terdapat sebuah bukit yang menandakan keberadaan Candi Abang.
Di Kecamatan Berbah, terdapat banyak petunjuk arah yang mengarah ke Candi Abang. Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk tersebut, kita dapat mencapai lokasi parkir tempat wisata dengan mudah.