Lokasi: Jl. Ngetos-Berbek, Selopuro, Ngetos, Nganjuk, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur 64474
Map: KlikDisini
HTM: Rp. 5.000,-
Buka/Tutup: 06.00 – 18.00
Telepon: 0852-3362-1649
Ketika berada di Jawa Timur, jangan lupa untuk menjelajahi candi-candi yang menakjubkan. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit pada abad 13-15 Masehi, ibukotanya terletak di Trowulan, Mojokerto.
Namun, jangan mengira bahwa bangunan bersejarah hanya ada di Trowulan. Terdapat banyak peninggalan sejarah lainnya yang dapat ditemukan di berbagai kota di Jawa Timur.
Mayoritas peninggalan tersebut berasal dari Kerajaan Majapahit. Menariknya, wilayah ibukota kerajaan tidaklah menjadi tempat tinggal bagi Raja Hayam Wuruk, yang merupakan raja terbesar Majapahit.
Di Kabupaten Nganjuk, terdapat sebuah candi yang dikenal sebagai Candi Ngetos. Bangunan bersejarah ini memiliki karakteristik unik sebagai peninggalan dari Kerajaan Majapahit.
Salah satunya adalah struktur candi yang dibangun dengan menggunakan batu bata merah. Sebagian besar peninggalan zaman Majapahit terdiri dari candi-candi yang terbuat dari batu bata merah.
Selain itu, terdapat juga unsur perpaduan seni arsitektur yang mencerminkan pengaruh agama Budha dan Hindu, yang sering disebut sebagai Siwa Budha. Pada Candi Ngetos, ditemukan dua arca yang menarik, yaitu arca Siwa dan arca Wisnu.
Disamping itu, dalam era Majapahit, fungsi utama candi-candi di Jawa Timur berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah karena mereka bukanlah tempat ibadah keagamaan.
Sebagai contoh, Candi Ngetos didedikasikan untuk menjadi tempat pendharmaan dan sebagai tempat penyimpanan abu jenazah Raja Hayam Wuruk.
Candi tersebut, dengan tinggi sekitar 10 meter, telah mengalami kerusakan parah. Atapnya telah hilang dan dari empat patung Kalamakara yang semula terletak di atas pintu masing-masing candi, hanya satu yang tersisa.
Fungsi dari Kalamakara ini adalah sebagai perisai dari bencana. Dahulu, dipercaya bahwa wajah menakutkan dari Kalamakara bisa mengusir roh jahat. Selain itu, Kalamakara juga merupakan simbol pengaruh budaya Hindu di India.
Pada bagian bawah kedua sisi Kalamakara ini, terdapat hiasan spiral yang memukau. Namun, hanya beberapa hiasan yang masih ada.
Bagian kaki candi juga telah rusak. Relief-relief di sisi candi hanya tinggal satu di sisi selatan. Bahkan, tangga yang mengarah ke pintu candi sudah tidak berbentuk lagi di bagian bawah.
Ada pigura-pigura yang indah terlihat baik di kaki candi maupun di bagian bawah bangunannya. Selain itu, ada juga hiasan berbentuk ketupat yang menghiasinya.
Berdasarkan cerita mitos atau sejarah dari masyarakat setempat, pembuatan candi tersebut dilakukan atas perintah Raja Hayam Wuruk pada abad ke-15 Masehi.
Salah satu paman dari Raja Hayam Wuruk adalah Raja Negeri Ngatas Angin yang dikenal dengan nama Raden Condromowo, yang juga memiliki gelar Raden Ngabei Selopurwoto.
Sang Raja sering menjelajahi negeri-negeri yang masih berada dalam wilayah Majapahit, demikianlah ceritanya.
Ketika Raja Hayam Wuruk mengunjungi Negeri Ngatas Angin, ia memberikan pesan kepada pamannya agar membangun sebuah bangunan suci di Ngetos.
Sebagai tindak lanjut, Raden Ngabei Selopurwoto memerintahkan Empu Sakti Supo untuk mendirikan candi tersebut di wilayah Negeri Ngatas Angin, tepatnya di Ngetos yang berlokasi menghadap Gunung Wilis.
Gunung ini mirip dengan gunung suci Mahameru. Dengan kekuatannya, Empu Sakti Supo berhasil menyelesaikan pembangunan candi dengan cepat.
Kemudian, setelah Raja Hayam Wuruk meninggal, ia mewasiatkan agar jenazahnya dikremasi. Abu jenazah tersebut kemudian ditempatkan di Candi Ngetos.
Konon, pada masa lampau, di dalam struktur bangunan kuno ini terdapat beberapa artefak lainnya, seperti dua arca, sebuah paidon (tempat untuk meludah), dan sebuah baki, semuanya terbuat dari kuningan.
Candi Ngetos, menurut N.J.Krom, seorang sejarawan Belanda, adalah kompleks bangunan kuno yang terdiri dari bangunan utama dan bangunan lain yang lebih kecil namun memiliki bentuk yang serupa.
Namun, bangunan tersebut telah lenyap dan kini hanya menjadi reruntuhan usia. Bangunan tersebut dikenal sebagai Candi Tajum.
Menurut Kitab Negarakretagama, Pendharmaan Raja Hayam Wuruk terletak di Tanjung. Akhiran “ng” dalam kata tersebut memiliki pengucapan yang sama dengan akhiran “m”.
Diperkirakan abu jenazah sang Raja disimpan di Candi Tajum.
Jam Operasional dan Fasilitas
Jam buka bangunan kuno ini untuk umum adalah antara pukul 06.00 dan 18.00. Pemerintah setempat tidak banyak menyediakan fasilitas publik di lokasi ini.
Di sekitar bangunan kuno ini, hanya terdapat sebuah bangunan pagar besi yang melingkari. Namun, bangunan pagar tersebut tidak memberikan ruang yang luas di pelataran. Sehingga jarak antara bangunan kuno dan pagar sangatlah dekat.
Hal ini dikarenakan letak candi yang dikelilingi oleh perumahan yang padat penduduknya. Di sekitar area ini, hanya terdapat fasilitas publik seperti masjid dan puskesmas desa Ngetos yang terletak tidak jauh dari sini.
Lokasi dan Rute ke Candi Ngetos
Bangunan kuno ini terletak di Jl Ngetos-Brebek, Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk.
Jika kita berangkat dari pusat Kota Nganjuk, kita dapat mengemudi ke arah selatan menuju Kecamatan Brebek. Selanjutnya, kita akan melanjutkan perjalanan ke Kecamatan Ngetos di sepanjang Jl. Ngetos Brebek.
Saat berada di tengah perjalanan, kita akan segera melihat lokasi wisata sejarah tersebut di sebelah kiri jalan.