Anda pasti sudah mengenal Pangeran Diponegoro, seorang pahlawan nasional yang terkenal karena berjuang dalam Perang Diponegoro di Jawa (1825-1830) melawan para penjajah Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban terbanyak dalam sejarah Indonesia, menurut Wikipedia.
Lahir dengan nama Bendara Raden Mas Antawirya pada 11 November 1785 di Ngayogyakarta Hadiningrat, Pangeran Diponegoro meninggal pada usia 69 tahun di Makassar pada 8 Januari 1855. Sebagai putra sulung Sultan Hamengkubuwana III, ia dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan rela berkorban demi rakyatnya. Pangeran Diponegoro sangat mencintai Bumi Pertiwi sehingga ia memberontak melawan Belanda yang telah merusak tanah kelahirannya.
Sebagai penghargaan atas jasanya dalam perjuangan melawan penjajah, namanya diabadikan sebagai nama jalan dan tempat di kota-kota besar. Selain itu, foto Pangeran Diponegoro juga terpampang di uang kertas Rp100 dan Rp1000 yang diterbitkan pada tahun 1952 dan 1975.
Untuk mengenang semangat juang beliau, dibangun pula monumen atau patung di beberapa kota di Nusantara, seperti:
1. Magelang
Lokasi: Jalan Ahmad Yani No. 8, Kelurahan Panjang, Kec. Magelang Tengah, Kab. Magelang, Jawa Tengah 56111
Map:Klik Disini
Buka Tutup: 24 Jam
Di sisi timur Alun-alun Kota Magelang, berdiri gagah patung Pangeran Diponegoro menunggang kuda. Dalam pandangan matanya yang tajam, jari telunjuknya menunjuk ke kejauhan, seolah-olah menuding pribumi yang mengkhianati Bumi Pertiwi atas perintah penjajah.
Patung tersebut dibangun pada 1 April-31 Juli 1977 sebagai penghormatan atas perjuangan sang pangeran di kota tersebut, terlihat dari tulisan yang terukir di bagian bawahnya. Dr. Moch Soebroto adalah orang yang memprakarsai pembuatan patung tersebut sebelum dirancang oleh Hartono dan Soejadmoko, dan diresmikan pada 11 Agustus 1977.
2. Monas Jakarta
Lokasi: Jalan Imam Bonjol No. 1, RT/RW 5/5 Kec. Menteng, Jakarta Pusat 10310
Map: Klik Disini
Buka Tutup: 24 Jam
Dr. Mario Pitta, mantan Konsul Jenderal Italia di Indonesia dan seorang pengusaha besar di negaranya, mengusulkan pembuatan patung Pangeran Diponegoro di Jakarta.
Beliau sangat mencintai dan mengagumi Nusantara, dan selama menjabat sebagai Konsul Jenderal, beliau ingin memberikan kenang-kenangan pada bangsa kita.
Pada tahun 1963, cita-citanya diungkapkan kepada Hadi Thayeb, yang pada saat itu menjabat sebagai Duta Besar RI di Italia.
Akhirnya, Dr. Mario Pitta direkomendasikan untuk membuat patung para pahlawan nasional, dan yang dipilihnya adalah Pangeran Diponegoro.
Hadiah itu direalisasikan oleh seorang pemahat ternama Italia bernama Cobertaldo, yang melakukan riset tentang tipe-tipe orang Indonesia sambil mempelajari sejarah dan kebudayaan kita sebelum memulai pekerjaannya.
Dia menghabiskan berhari-hari untuk meneliti beragam posisi kuda sang model utama.
Setelah menghayati perjuangan Pangeran Diponegoro, Cobertaldo membuat patung yang menggambarkan sang pangeran mengenakan jubah dan sorban putih sedang menunggang kuda dengan kedua kaki depannya diangkat ke atas.
Patung tersebut dibuat dari bahan perunggu dan digarap selama satu tahun pada 1965 di Italia. Setelah selesai, patung itu dikirim ke Jakarta dan diletakkan di Taman Monas (Monumen Nasional) sebagai pintu gerbang.
3. Undip Semarang
Lokasi: Jalan Ngesrep Timur V No. 6, Kelurahan Sumurboto, Kec. Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah 50269
Map: Klik Disini
Buka Tutup: 24 Jam
Patung yang terletak di daerah Banyumanik memiliki fungsi sebagai penanda arah masuk ke Kampus Tembalang Universitas Diponegoro (Undip). Patung tersebut dulunya menjadi ikon yang populer di perguruan tinggi tersebut dengan warna coklat dan bagian bawah yang dicat hijau.
Namun, pada Februari 2017, patung tersebut diubah menjadi hitam, sehingga mirip dengan patung Diponegoro di Kampus Undip Pleburan. Meskipun masyarakat sekitar lebih mengenalnya dengan sebutan “Patung Kuda” karena modelnya menunggangi seekor kuda, sebutan tersebut tidak sesuai dengan filosofi di balik pembuatannya.
Patung tersebut dibangun untuk menghormati jasa-jasa sang pahlawan, sehingga penting untuk memperhatikan penamaannya agar tidak salah sebut dan tidak mengurangi penghormatan terhadap beliau.
4. Salatiga
Lokasi: Jalan Diponegoro, Kec. Sidorejo, Kab. Salatiga, Jawa Tengah
Map: Klik Disini
Buka Tutup: 24 Jam
Pada tanggal 17 Maret 2011, sebuah patung yang menggambarkan sosok Pangeran Diponegoro menunggang kuda diresmikan di Bundaran Tamansari Salatiga. Acara peresmian dihadiri oleh jajaran Muspida, pejabat teras Pemerintah Kota Salatiga, serta beberapa tokoh masyarakat.
Pemerintah Kota Salatiga berharap patung tersebut dapat menjadi ikon kota yang berperan sebagai destinasi pariwisata. Di sudut lain dari bundaran tersebut, terdapat juga patung Jenderal Sudirman yang diresmikan pada tanggal yang sama.
Menurut Y. Tri Priyo Nugrogo, Asisten I Setda Salatiga, pembangunan kedua patung tersebut senilai Rp590.000.000,- dan merupakan bagian dari rencana Pemkot untuk mengatur lalu lintas di sekitarnya.
5. Surabaya
Lokasi: Jalan Raya Diponegoro No. 193, Kelurahan Darmo, Kec. Wonokromo, Kota Surabaya, Jawa Timur 60241
Map: Klik Disini
Buka Tutup: 24 Jam
Tugu Pangeran Diponegoro berada di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Darmo yang terlihat sangat artistik dengan pose sang pangeran yang seolah sedang berperang.
Tiang penyangga patung dan kudanya dibentuk tidak kaku, seperti potongan tanah medan pertempuran yang diangkut ke kota tersebut, dengan undak-undakan dan air mancur di bawahnya.
Keberadaan tugu tersebut memperkuat julukan Surabaya sebagai Kota Pahlawan, dengan memiliki tugu-tugu pahlawan lokal maupun dari luar daerah. Selain di Kelurahan Darmo, tugu Pangeran Diponegoro juga dapat ditemukan di Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali, yang merupakan tempat peristirahatan sang pangeran.
Setiap tanggal 2 Sura, kegiatan sering diadakan di sana, dimulai dengan pelataran Gua Raja yang konon menjadi tempat peristirahatan sang pangeran.
Dengan mengetahui informasi tersebut, diharapkan para generasi muda dapat lebih menghargai jasa pahlawan yang rela mengorbankan nyawa demi kemerdekaan RI.
Upacara kemerdekaan dan mengheningkan cipta juga merupakan cara untuk menghormati para pahlawan yang telah gugur di medan perang, dan memberikan doa agar mereka diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu, mari pupuk semangat dan berperan aktif dalam pembangunan negara untuk menciptakan kesejahteraan dan kedamaian di dunia.