Pura Gunung Kawi Sebatu di Tampaksiring, Bali, adalah situs suci yang menakjubkan dan sarat sejarah. Dengan arsitektur yang megah dan suasana yang penuh ketenangan, pura ini menjadi daya tarik bagi wisatawan dan peziarah.
Jika Anda berencana mengunjungi Pura Gunung Kawi Sebatu, penting untuk mengetahui informasi terkait harga tiket masuk serta sejarah candi yang terkait erat dengan tempat suci ini.
Dalam artikel ini, kami akan mempersembahkan sepuluh foto indah yang memperlihatkan keagungan Pura Gunung Kawi Sebatu. Siapkan diri Anda untuk terpesona oleh keajaiban spiritual dan keindahan arsitektur Bali di Pura Gunung Kawi Sebatu!
Lokasi: Sebatu, Kec. Tegallalang, Kabupaten Gianyar 80511
Map: Klik Disini
HTM: Rp.15.000
Buka Tutup: 08.00 – 17.00
Telepon: –
Harga Tiket Masuk
Entrance fee atau harga tiket masuk ke lokasi sebesar Rp.15.000, sedangkan untuk biaya parkir dikenakan Rp.5.000 per mobil.
Bagi Anda yang sedang berlibur ke Bali, mengunjungi beberapa pura di Bali bisa menjadi pengalaman yang menarik dan tak terlupakan. Salah satunya adalah Pura Gunung Kawi Sebatu di Ubud. Pura ini terletak di Jalan Raya Biyad, Tegallalang, Sebatu, Gianyar, Bali.
Pura Gunung Kawi Sebatu menawarkan keindahan alam yang menakjubkan dan nuansa kesucian khas pura Hindu Bali. Tempatnya sangat asri dan tenang, sehingga cocok untuk Anda yang ingin menikmati liburan yang damai dan tenang. Pura ini juga merupakan pusat agama Hindu Bali dan kebudayaan Bali yang masih sangat alami.
Untuk menuju Pura Gunung Kawi Sebatu, Anda dapat menempuh jarak sekitar 20 kilometer atau sekitar 20 menit dari kota Ubud. Pura ini terletak tepat di sisi jalan desa Sebatu. Selain Pura Gunung Kawi Sebatu, ada juga Candi Gunung Kawi yang terletak di Dusun Penaka, Desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Candi ini merupakan salah satu candi yang sangat dilindungi di Bali.
Dengan mengunjungi Pura Gunung Kawi Sebatu atau Candi Gunung Kawi, Anda akan bisa merasakan keindahan alam dan kebudayaan Bali yang masih sangat kental. Jangan lupa untuk membawa kamera dan mengabadikan momen liburan Anda di sana!
Candi Gunung Kawi merupakan salah satu candi peninggalan dari abad ke-11 yang terletak di kawasan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Candi ini merupakan kompleks tempat dilangsungkannya upacara pemakaman di kawasan Tampak Siring.
Candi Gunung Kawi memiliki keunikan tersendiri, karena dibangun dengan cara yang berbeda dengan candi-candi di Indonesia pada umumnya. Candi ini terbentuk seperti pahatan yang ada pada dinding tebing dan memiliki bentuk yang sangat unik.
Kawasan candi yang berada di tepi sungai dan di gunung ini memang sangat menarik untuk dikunjungi. Untuk mencapai candi ini, wisatawan harus menempuh perjalanan sejauh 40 kilometer dari kota Denpasar atau sekitar setengah jam perjalanan dari kota Gianyar.
Bagi wisatawan yang tidak membawa kendaraan sendiri, di Bali banyak tersedia jasa kendaraan yang dapat disewa untuk perjalanan wisata. Anda dapat memilih kendaraan yang sesuai dengan kenyamanan dan budget yang ada.
Dengan mengunjungi Candi Gunung Kawi, Anda akan bisa merasakan keindahan alam dan budaya Bali yang masih sangat kental di tempat yang sangat unik dan menarik. Jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi tempat ini ketika berkunjung ke Bali!
Sejarah Singkat
Awalnya, Pura Gunung Kawi didirikan sebagai tempat ibadah untuk para dewa, terutama dewa Wisnu. Pembangunan pura ini diperintahkan oleh seorang guru agama Hindu di Bali bernama Rishi Markandeya. Berdasarkan struktur dan bentuk bangunan, diperkirakan pura ini dibangun pada sekitar 1300 SM-1500 SM. Rishi Markandeya sendiri berasal dari Pulau Jawa dan berasal dari Kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan terkuat di Nusantara.
Ketika kita berbicara tentang Pura Gunung Kawi, pasti akan langsung teringat dengan Candi Gunung Kawi. Secara harfiah, kedua tempat tersebut memiliki arti yang sama, yaitu “gunung pahatan”. Namun, sejarah dan lokasinya berbeda. Candi Gunung Kawi adalah sebuah kompleks candi yang terletak di Tampaksiring, Gianyar, Bali, sedangkan Pura Gunung Kawi adalah sebuah pura suci yang terletak di Sebatu, Gianyar, Bali.
Candi Gunung Kawi, yang dibangun pada abad ke-11 Masehi pada masa pemerintahan Raja Udayana dari dinasti Warmadewa, memiliki sejarah pembangunan yang menarik. Pada masa itu, Raja Udayana menikah dengan putri Jawa yang bernama Gunapriya Dharma Patni dan memiliki dua anak, Erlangga dan Wungsu.
Diduga candi ini dibangun pada masa pemerintahan Wungsu. Terdapat beberapa bukti pembangunan candi tersebut, termasuk tulisan di atas pintu semu yang menggunakan tulisan dan bahasa Kediri. Tulisan tersebut menyatakan “haji lumah ing jalu”, yang berarti bahwa sang raja yang dimakamkan di Jalu, merujuk pada Raja Udayana. “Jalu” sendiri merupakan sebutan untuk senjata ayam jantan, seperti keris atau pakerisan.
Dari sejarah tersebut, terlihat bahwa pembangunan Candi Gunung Kawi memiliki kaitan dengan sejarah dan budaya Jawa, yang kemudian terintegrasi dengan kebudayaan Bali. Hal ini menjadikan candi ini sebagai salah satu warisan budaya yang penting dan menarik untuk dikunjungi di Bali.
Candi Gunung Kawi terletak di sekitar sungai Pakerisan yang kemungkinan dinamai berdasarkan cerita terkait candi ini. Seperti kebanyakan candi di Indonesia, Candi Gunung Kawi juga memiliki kisah legenda yang menarik.
Menurut legenda yang beredar di masyarakat, ada seorang yang sangat sakti bernama Kebo Iwa yang dapat mematahkan kukunya dengan tajam dan kuat untuk memahat dinding batu cadas di gunung dekat sungai Pakerisan. Kukunya tersebut digunakan Kebo Iwa untuk memahat Candi Gunung Kawi.
Kisah legenda tentang Kebo Iwa dan Candi Gunung Kawi menambah daya tarik dan keunikan dari kompleks candi ini. Selain sebagai tempat suci, candi ini juga dianggap sebagai simbol budaya dan sejarah yang kaya di Bali.
Berburu Misteri
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tentang arti harfiah dari “Gunung Kawi”, pada kisah di balik Pura Gunung Kawi Sebatu, namanya merujuk pada sebuah desa tempat pura tersebut berada.
Pura ini terbuka bagi siapa saja yang ingin beribadah di dalamnya, tanpa terkecuali untuk umat Hindu Bali dari berbagai kasta atau warga tertentu. Oleh karena itu, Pura Gunung Kawi Sebatu termasuk dalam kategori Dhang Kahyangan.
Ritual melukat sering dilakukan di Pura Gunung Kawi Sebatu. Melukat adalah mandi penyucian yang dilakukan dengan menggunakan pancuran air suci di pura ini. Pancuran tersebut dipercaya telah diberkati oleh para dewa.
Bangunan pura terdiri dari beberapa bagian, termasuk pura utama yang digunakan untuk beribadah oleh para jemaat, tempat pancuran air suci di sebelah kiri luar pura, serta sebuah mata air dengan kolam di dalamnya di bagian dalam pura sebelah kiri. Namun, sumber mata air di kolam dalam pura ini hanya boleh diambil dan disentuh oleh pemangku adat dan pendeta.
Sebagai salah satu pura suci di Bali, Pura Gunung Kawi Sebatu menawarkan pengalaman spiritual dan keindahan arsitektur Bali yang khas. Selain itu, melukat di pancuran air suci di pura ini juga menjadi salah satu pengalaman unik bagi wisatawan yang ingin mempelajari budaya Bali secara lebih mendalam.
Candi Gunung Kawi Atau Candi Tebing Kawi
Candi Gunung Kawi di Sebatu digunakan untuk keperluan pura, dan kini kita akan membahas latar belakangnya. Candi yang sangat alami ini memiliki pemandangan yang indah dan memberikan kesan tenang serta sejuk bagi pengunjung yang berada di kawasan candi. Untuk mencapai candi tersebut, pengunjung dapat menaiki 315 anak tangga dari tepi sungai Pakerisan.
Candi Gunung Kawi terdiri dari dua kompleks yang dipisahkan oleh tukad Pakerisan. Candi pertama berada di bagian Barat sungai, menghadap ke arah timur, dan memiliki empat candi. Selain itu, di candi pertama juga terdapat pancuran air, kolam pemandian, dan tempat bertapa. Candi ini terletak di dalam tebing dan dilengkapi dengan pelataran, jendela, dan ventilasi udara pada bagian atapnya. Sementara itu, candi kedua terletak di sebelah timur sungai, menghadap ke arah barat, dan terdiri dari lima candi.
Salah satu hal yang unik dari candi Gunung Kawi adalah bentuknya yang cekung di dalam dinding batu cadas pegunungan. Hal ini dilakukan untuk melindungi patung candi dari erosi.
Dari penjelasan di atas, situs Gunung Kawi ternyata tidak hanya terdapat di Bali, tetapi juga di kota Malang, Jawa Timur. Lokasi Gunung Kawi yang terletak di kabupaten Malang merupakan gunung berapi dan sering digunakan untuk melakukan beberapa ritual pesugihan menurut warga setempat.
Wisata di Sekitar
Situs Gunung Kawi adalah tempat yang unik dan menakjubkan yang menyimpan keindahan dan ketenangan. Pura Gunung Kawi Sebatu adalah tempat yang sangat indah, bersih, dan menawan.
Atmosfer di tempat tersebut sangat sejuk dan sangat cocok untuk difoto atau direkam dalam sebuah gambar. Bagi penggemar fotografi, Pura Gunung Kawi adalah objek favorit yang sempurna untuk diabadikan dalam gambar.
Cerita rakyat Bali yang tertulis dalam babad sejarah Bali menceritakan tentang terbentuknya candi Gunung Kawi dan Pura Gunung Kawi Sebatu.
Kondisi geografis Kecamatan Gianyar sangat memungkinkan untuk menikmati perjalanan wisata yang nyaman dan menenangkan.
Untuk menuju ke lokasi wisata, disarankan untuk menggunakan peta atau map agar mudah sampai, terutama jika Anda bepergian tanpa pemandu.
Jam buka lokasi wisata seperti pura atau candi Gunung Kawi dimulai dari pukul delapan pagi hingga pukul lima sore.
Selain tempat-tempat tersebut, ada pula tempat lain di kawasan Gianyar yang juga menjadi lokasi wisata, seperti Pura Tirta Dawa Gunung Kawi dan Tegalalang.
Pura Tirta Dawa telah lama menjadi tujuan wisata religi di Bali, dan selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan asing maupun lokal. Terletak jauh dari keramaian kota, tempat ini menambah nuansa ketenangan tersendiri dan serasa memberikan kesegaran setelah kembali dari sana.
Tegalalang adalah lokasi terasering di Bali yang sering menjadi sumber inspirasi bagi para pelukis untuk menggambarkan keindahan alam Bali.
UNESCO bahkan telah menetapkan bahwa terasering di Bali sebagai warisan budaya dunia yang berada di Indonesia.
Itulah penjelasan singkat mengenai beberapa lokasi wisata di Gianyar. Untuk informasi lebih lengkap, dapat mencarinya di Wikipedia atau membaca ulasan dari para traveler di Tripadvisor.