Lokasi: Jakarta Timur, Provinsi DKI JKT
Map: Klik Disini
HTM: Rp.10.000
Buka Tutup: 07.00 – 22.00 WIB
Telepon: 021 87792078
Meskipun telah berusia hampir setengah abad, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tetap menjadi salah satu tujuan pariwisata utama di Jakarta dan bahkan di Indonesia secara keseluruhan. Setiap harinya, pengunjung terus memadati TMII, terutama pada musim liburan.
Para wisatawan dari berbagai generasi, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, datang ke TMII bukan hanya untuk rekreasi dan berlibur semata.
Mereka juga ingin memperluas pengetahuan dan pemahaman mereka tentang adat istiadat, budaya, sumber daya alam, dan segala hal yang terkait dengan Indonesia.
Banyak pengunjung yang mengaku bahwa mereka datang ke TMII untuk memperkenalkan Indonesia kepada adik-adik dan anak-anak mereka.
Hal ini bertujuan untuk menanamkan rasa cinta terhadap tanah air sejak dini, sambil melihat berbagai karya seni, budaya, serta flora dan fauna dari seluruh wilayah Indonesia. Tentu saja, mereka juga menikmati berbagai wahana rekreasi yang disediakan.
TMII menawarkan segalanya dengan lengkap kepada pengunjungnya, baik dalam hal rekreasi dan hiburan, maupun sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman.
Ini dapat dilihat dari keberadaan 34 anjungan rumah adat yang mewakili seluruh wilayah Indonesia, bangunan-bangunan keagamaan, 10 taman yang berisi flora dan fauna, serta 16 museum yang menambah pengetahuan dan pemahaman.
Selain itu, terdapat juga berbagai wahana rekreasi dan teater sebagai sarana rekreasi dan hiburan. Dengan penawaran yang lengkap seperti itu, TMII menjadi berbeda dari tempat rekreasi lainnya, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.
Itulah mengapa TMII selalu berhasil menarik hati para wisatawan untuk datang dan berkunjung ke sana.
Sejarah TMII
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang berada di Kota Jakarta Timur dengan luas lahan 150 hektar atau sekitar 1,5 km2, terletak pada koordinat 6°18′6.8″LS, 106° 53′47.2″BT.
Ibu Tien Soeharto, yang juga dikenal sebagai Siti Hartinah dan merupakan istri dari Presiden kedua Republik Indonesia, memperkenalkan gagasan untuk mendirikan TMII sebagai miniatur Indonesia lengkap dengan segala isinya. Pidato ini disampaikan oleh Soeharto pada tahun 1971 di hadapan anggota DPR GR.
Gagasan tersebut kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud, yang didampingi oleh Ibu Tien Soeharto, dalam rapat kerja di Istana Negara yang dihadiri oleh Gubernur, Bupati, dan Walikota dari seluruh Indonesia.
Setelah itu, pemerintah menerbitkan surat keputusan resmi yang menunjuk Nusa Consultants untuk melakukan studi kelayakan dan rencana induk.
Tugas tersebut diselesaikan dalam waktu tiga setengah bulan, dan kemudian dilanjutkan dengan proses pembangunan yang dimulai pada tanggal 30 Juni 1972.
Pembangunan dilakukan secara bertahap hingga akhirnya selesai dan diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 20 April 1975.
Meskipun sudah dibuka untuk umum, pembangunan dan penambahan fasilitas di TMII terus dilakukan hingga saat ini.
Sebagai contoh, ketika TMII diresmikan, hanya ada 27 Anjungan Rumah Adat. Namun, dengan adanya pemekaran wilayah dan penambahan jumlah provinsi di Indonesia, jumlah Anjungan Rumah Adat di TMII meningkat menjadi 33.
Sementara itu, maskot TMII, yang bernama NITRA, baru diresmikan pada ulang tahun TMII yang ke-16, atau saat peringatan dwi windu usia TMII pada tahun 1991. NITRA merupakan singkatan dari Anjani Putra dan berbentuk tokoh wayang yang sangat dikenal di Indonesia, yaitu Hanoman.
Keanekaragaman Indonesia
Dengan luasnya area TMII dan beragamnya wahana yang tersedia, waktu 1-2 hari tidak akan cukup untuk menjelajahi dan menikmati setiap sudut dari TMII.
Untuk memberikan gambaran secara singkat, perjalanan berkeliling TMII setidaknya harus mengunjungi 5 area utama, yaitu Anjungan Daerah, Taman Rekreasi, Bangunan Tempat Ibadah, Museum, dan Wahana Rekreasi.
Namun, untuk menceritakan pengalaman secara lengkap, dibutuhkan buku tersendiri karena ada banyak hal yang dapat ditulis tentang TMII.
1. Anjungan Daerah
Area Anjungan Daerah di TMII terletak di sekitar danau Arsitektur Indonesia yang memiliki pulau-pulau mini yang menyerupai kepulauan Indonesia.
Terdapat 33 Anjungan Daerah yang dibangun berturut-turut sebagai lambang persatuan dan kesatuan Indonesia.
Setiap anjungan memamerkan bangunan rumah adat dari setiap provinsi di Indonesia dengan arsitektur tradisional yang sesuai dengan rumah adat di provinsi tersebut, termasuk bentuk, ukuran, atap, pintu dan jendela, susunan ruang, ragam hias, dan lain-lain.
Bahkan beberapa rumah adat di TMII dibawa langsung dari tempat asalnya dalam bentuk utuh, seperti Rumoh Aceh Cut Meutia dari Nangroe Aceh Darussalam.
Setiap provinsi memiliki setidaknya 3 rumah adat yang digunakan sebagai tempat pameran berbagai macam pakaian adat, hasil kerajinan, peralatan seni, hasil budaya, dan benda bersejarah warisan bangsa yang ada di setiap provinsi.
Anjungan Daerah ini memberikan informasi yang berharga bagi masyarakat tentang keanekaragaman Indonesia serta mengenalkan bentuk adat dan budaya serta rumah adat dari tempat asal mereka masing-masing kepada generasi muda.
2. Taman Rekreasi
TMII memiliki 9 taman rekreasi yang terbagi menjadi 3 kategori, yaitu 2 Taman Monumental seperti Monumen Persahabatan Negara Non Blok dan Prasasti APEC, 4 Taman Flora seperti Taman Legenda Keong Mas, Taman Kaktus, Taman Melati, dan Taman Apotik Hidup, 5 Taman Fauna seperti Taman Kupu, Taman Reptilia, Taman Bekisar, Taman Burung, dan Dunia Air Tawar, serta 1 Taman Budaya yaitu Taman Budaya Tionghoa.
Salah satu taman yang menarik adalah Taman Monumental yang berupa Prasasti APEC yang ditandatangani oleh 10 first lady pada November 1994.
Prasasti ini terletak di bawah bangunan pendapa beratap joglo. Selain itu, Monumen Persahabatan Negara Non Blok yang dibangun untuk mengabadikan semangat KTT X Gerakan Non Blok juga menarik untuk dikunjungi.
Bentuk monumen ini berupa bola dunia yang ditopang air mancur berhias 5 ekor burung merpati di tengahnya. Di area monumen, terdapat 108 pohon persahabatan yang melambangkan 108 negara yang menjadi bagian dari negara-negara Non Blok.
Taman Flora juga menarik, seperti Taman Kaktus dengan rumah kaca berbentuk bulat yang memiliki koleksi 32 kaktus dan sukulen dari dalam dan luar negeri.
Taman Kaktus di TMII memiliki koleksi kaktus dan sukulen dari luar negeri yang menarik, seperti Melocactus dan Echimocactus Grusonii dari Jepang, Opuntia Microdasys dari Meksiko, Gimnogayumus Hibotan dan Agave Parasana dari Belgia, serta Cleistocactus stausil yang tingginya mencapai sekitar 10 meter.
Selain itu, taman ini juga memiliki luas sekitar 6.000 meter persegi dan mengoleksi 400 jenis tanaman obat dari seluruh wilayah Indonesia.
Tanaman obat tersebut terdiri dari 3 jenis, yaitu tanaman obat yang sudah dibudidayakan seperti jahe, kumis kucing, kunyit, dan daun siri, tanaman langka seperti Kedawung (Parkia Bigtobosa Auct) dan Kayu Rapet (Parameria Barbata Schum), serta tanaman obat yang tengah dalam proses penelitian seperti Telosom (Talinum Paniculatum).
Selain sebagai taman, area ini juga dilengkapi dengan Gaaleri Jamu Herbal, tempat spa dan pijat, serta fasilitas function hall.
Pengunjung dapat menikmati seluruh fasilitas tersebut dan membeli bibit tanaman obat dengan harga yang terjangkau.
Taman Melati di TMII memiliki luas sekitar 2.226 meter persegi dan dilengkapi dengan beberapa sarana pendukung seperti pendopo berukuran 200 meter persegi, ruang terbuka hijau, kolam air mancur beserta patung Dewi Melati, dan bangku taman.
Fasilitas ini kerap digunakan untuk menggelar pertemuan dan pesta kebun dengan kapasitas hingga 500 orang. Awalnya, tempat ini berfungsi sebagai pembibitan aneka bunga.
Namun, sejak melati ditetapkan sebagai puspa bunga nasional pada tahun 1994, tempat ini berubah fungsi menjadi Taman Melati yang mengoleksi dan membudidayakan berbagai jenis melati dan tanaman hias lainnya.
Sementara itu, Dunia Air Tawar di TMII merupakan taman biota air tawar terbesar pertama di Asia dan kedua di dunia dengan koleksi sekitar 6.000 jenis dari 126 spesies yang berasal dari kawasan perairan di Indonesia dan dari berbagai penjuru dunia.
Taman akuarium ini dilengkapi dengan sejumlah fasilitas, seperti museum, auditorium, perpustakaan, akuarium raksasa, Lorong Gurame, Pojok Reptilia, dan Ruang Karantina. F
asilitas ini berfungsi sebagai tempat pengembangan koleksi dan penampungan serta penjualan hasil dari petani kepada pengunjung, masyarakat umum, hingga eksportir.
Taman Bekisar di TMII menempati area seluas 4.000 meter persegi dan menjadi tempat berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Ayam Bekisar, mulai dari pembudidayaan, penangkaran, sarana perawatan, mesin penetas, latihan lomba, hingga pelaksanaan lomba Ayam Bekisar pada taraf nasional maupun internasional.
Ayam Bekisar sendiri merupakan hasil perkawinan silang antara ayam kampung betina (Gallus Domestica) dengan ayam hutan jantan (Gallus Varius) yang menghasilkan ayam dengan tubuh tegap, bulu indah dan mengkilat, serta bentuk pial yang indah dan suara merdu.
Sementara itu, Taman Burung di TMII berdiri di atas lahan seluas 6 hektar dan dibangun dalam bentuk kubah yang terdiri dari 9 kubah dengan penataan koleksi berdasarkan zoogeografi atau pola persebaran binatang burung.
Taman ini memiliki koleksi burung terlengkap di Indonesia dengan sebanyak 175 jenis burung yang jumlahnya mencapai ribuan ekor.
Taman Burung di TMII tidak hanya berfungsi sebagai tempat koleksi burung terlengkap di Indonesia, tetapi juga difungsikan sebagai loka bina masyarakat perburuan.
Oleh karena itu, taman ini sering menggelar lomba anak-anak untuk lebih mengenal dunia burung, lomba burung, serta sebagai tempat penelitian bagi mahasiswa.
Di tempat ini, berhasil dikembangbiakkan lebih dari 100 jenis burung, di mana 30 jenis di antaranya masuk kategori burung langka dan dilindungi.
Sementara itu, Taman Miniatur Etnik China di TMII menempati lahan seluas 4,5 hektar dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 8 November 2006.
Taman ini memiliki nuansa khas etnik China yang terlihat pada desain arsitektur bangunan, bentuk taman, artefak, foto-foto, dan lain-lain.
Di kompleks taman ini, pengunjung dapat menemukan kompleks perkampungan kecil masyarakat Tionghoa yang populer disebut Pecinan dengan berbagai pernak-perniknya yang didominasi warna keberuntungan menurut kepercayaan etnik Tionghoa, yakni warna merah dan kuning emas.
Selain itu, terdapat pula properti khas China lainnya seperti Jembatan Batu Sampek Eng Tay, Patung Dewi Bulan, Museum Laksamana Ceng Ho, Gazebo Danau, Patung Kwan Kong, dan Sepasang Tiang Naga.
3. Bangunan Tempat Ibadah
Di TMII, terdapat beberapa bangunan tempat ibadah yang mewakili berbagai agama yang diakui di Indonesia. Kehadiran bangunan-bangunan ini mencerminkan pesan penting tentang kerukunan antar umat beragama yang telah terjalin sejak berabad-abad yang lalu.
Berikut adalah beberapa contoh bangunan tempat ibadah yang ada di TMII:
- Masjid Pangeran Diponegoro
Masjid Pangeran Diponegoro di TMII berdiri di atas lahan seluas 2.850 meter persegi dengan luas bangunan mencapai 760 meter persegi dan terdiri dari 2 lantai dengan atap berbentuk kubah setinggi 26 meter.
Lantai pertama dimanfaatkan untuk tempat jamaah, kamar mandi, tempat wudhu, perpustakaan, ruang tunggu, dapur, dan gudang, sementara lantai kedua digunakan untuk mihrab serta tempat imam dan khatib.
Selain digunakan untuk kegiatan rutin keagamaan, masjid ini juga sering digunakan untuk pelaksanaan akad nikah dan acara tasyakuran, baik dengan digelar secara sederhana maupun meriah, karena bagian depan masjid dapat didirikan tenda untuk acara resepsi.
Sementara itu, wihara di TMII didesain menyerupai stupa Candi Borobudur dengan lambang Cakra, Pratina Suta, dan Prapta.
Bangunan wihara berbentuk setengah lingkaran dengan dominasi warna kuning emas dan dikelilingi kolam sehingga tidak hanya mempercantik sisi eksterior, tetapi juga menciptakan suhu dingin di dalam ruangan tempat beribadah.
Wihara ini tidak hanya melayani umat pada saat hari-hari besar, tetapi juga terbuka untuk pelaksanaan ibadah rutin.
- Gereja Katolik Santa Catharina
Dengan lahan seluas 2.860 meter persegi dan luas bangunan mencapai 1.030 meter persegi, Gereja Santa Catharina dibangun menyerupai bentuk Gereja Santa Catharina di Surabaya dengan gaya arsitektur khas Roma Kuna, namun dengan atap yang menonjolkan ciri khas bangunan tradisional Jawa.
Terdapat dua bagian pada gereja ini, yaitu bangunan utama yang berfungsi sebagai ruang jemaat dan ruang pengampunan, serta aula yang memuat ruang pastor, kantor, perpustakaan, dan toilet.
- Gereja Kristen Protestan Haleluya
Bangunan gereja ini terdiri dari dua bagian, yaitu bangunan utama yang terdiri dari ruang jemaat, ruang pastori, ruang ganti dan ruang sound, serta bangunan samping yang berfungsi sebagai kantor, ruang perpustakaan, aula, gerai cinderamata kolportase (benda-benda rohani), dapur, dan toilet.
Desain arsitektur gereja tersebut merupakan perpaduan antara Gaya Barat pada era tahun 1930-an dengan dinding luar yang dibuat dari bahan keramik berwarna putih.
Selain digunakan untuk kebaktian, Gereja Haleluya juga sering dimanfaatkan untuk upacara pemberkatan pernikahan dan berbagai kegiatan keagamaan, seperti perayaan Natal, Paskah dan kegiatan keagamaan lainnya.
- Pura Penataran Agung Kertabumi
Desain bangunan tempat beribadah umat Hindu ini mengadopsi desain pura-pura yang biasa ditemukan di Pulau Bali dan didasarkan pada filsafat Astha Kosala Kosali.
Bangunan ini terdiri dari beberapa bagian, di antaranya gerbang utama Candi Bentar yang berfungsi sebagai pintu masuk saat upacara, Balai Gong untuk pertunjukan kesenian, Balai Kul-kul sebagai tempat kentongan, serta Padu Rasa dan Altar Pad Masana untuk tempat pemujaan.
Sementara tempat ibadah umat Khonghucu terdiri dari tiga bangunan inti, yaitu Kelenteng Nabi Agung (Da Cheng Dian), Kelenteng Keberkahan (Qi Fu Dian), dan Altar Suci (Tian Tan).
Da Cheng Dian memiliki bentuk empat persegi panjang dengan dua lantai dan bergaya arsitektur Tiongkok. Lantai dasarnya berfungsi sebagai kantor dan perpustakaan, sedangkan lantai atasnya digunakan untuk kebaktian.
Qi Fu Dian memiliki bentuk bujur sangkar dengan luas 81 meter persegi dan didukung oleh delapan tiang. Di dalamnya terdapat altar untuk bersembahyang, lilin, dan berbagai buah-buahan yang diletakkan berjajar.
Sementara itu, Tian Tan memiliki bentuk bundar dengan tiga susun atap yang dihiasi dengan guci sebagai tempat meletakkan dupa.
- Sasono Adiroso Pangeran Sambernyowo
Lokasi ini digunakan sebagai tempat beribadah bagi penganut aliran kepercayaan dan kebatinan, karena nama Pangeran Sambernyowo dikenal sebagai tokoh bangsawan dari Surakarta yang terkenal sakti, ahli siasat perang, serta memimpin rakyat dalam melawan VOC.
Gedung Sasono Adiroso terdiri dari dua bagian, yaitu Pendopo yang berfungsi untuk kegiatan sarasehan dan Gedung Pasucen yang digunakan untuk tujuan penyucian diri. Bangunan ini memiliki bentuk pendopo yang besar dengan atap bersusun tiga.
4. Museum
Selain sebagai tempat wisata rekreasi dan hiburan, TMII juga menyediakan sejumlah museum untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan pengunjung. Beberapa museum di TMII yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan edu-wisata adalah sebagai berikut:
Museum ini menempati bangunan bergaya arsitektur Bali yang memiliki tiga lantai, di mana setiap lantai menampilkan koleksi dengan tema yang spesifik dan berbeda satu sama lain.
Lantai pertama menampilkan tema Bhineka Tunggal Ika dengan koleksi berbagai macam pakaian adat dan pakaian pengantin, sedangkan lantai kedua mengusung tema Manusia dan Lingkungan. Sementara itu, lantai ketiga menampilkan tema Seni dan Kriya dengan memamerkan berbagai macam hasil seni.
Museum ini menampilkan berbagai jenis sarana transportasi yang ada di Indonesia, baik itu transportasi tradisional maupun modern yang digunakan di darat, laut, dan udara. Pengunjung dapat menjumpai berbagai jenis alat transportasi tersebut di dalam museum maupun di luar ruangan.
Museum ini merupakan milik Kementerian Perhubungan dan dibangun di atas lahan seluas 6,25 hektar. Museum ini dilengkapi dengan beberapa model alat transportasi yang dipamerkan baik di dalam maupun di luar ruangan.
- Museum Minyak dan Gas Bumi
Museum ini memiliki bangunan yang cukup unik karena berbentuk anjungan lepas pantai atau anjungan eksplorasi dengan dua bangunan pendukung yang berbentuk gilik/bundar, mirip seperti tangki untuk menyimpan minyak.
Gedung museum ini berdiri di atas lahan seluas 11.000 meter persegi dan menyajikan banyak hal yang berkaitan dengan pengeboran, pengolahan, dan distribusi minyak serta gas bumi.
Museum perangko ini dibangun dengan desain arsitektur bergaya Bali di atas lahan seluas 9.590 meter persegi.
Selain memamerkan benda-benda pos utamanya berbagai macam perangko dari dalam dan luar negeri mulai dari yang terbit pada tahun 1800-an sampai dengan perangko yang ada saat ini, museum ini juga digunakan sebagai kantor layanan PT Pos Indonesia.
- Museum Listrik dan Energi Baru
Science museum ini menampilkan koleksi peragaan yang berkaitan dengan ketenagalistrikan dan energi baru serta terbarukan.
Dengan suasana yang sejuk dan desain arsitektur yang unik, serta halaman yang asri, museum ini menjadi tempat yang ideal bagi para pelajar dan mahasiswa yang ingin menambah pengetahuan tentang listrik dan energi dengan suasana yang segar.
Museum Olah Raga ini menempati gedung berlantai tiga dan berdiri di atas lahan seluas 1,5 hektar dengan luas bangunan sebesar 3.000 meter persegi.
Pada lantai dasar museum, dipamerkan perjuangan Indonesia saat mengikuti event-event olah raga dunia.
Lantai kedua museum ini menampilkan sejumlah olahraga tradisional di Indonesia, alat-alat olah raga, serta atlit-atlit yang pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia dalam bidang olah raga.
Sementara itu, lantai ketiga museum ini berisi diorama yang menggambarkan permainan tradisional dari berbagai provinsi di Indonesia dalam bentuk patung dan lukisan yang berukuran sama dengan aslinya.
- Museum Putra Bhakti Pertiwi
Museum ini menampilkan koleksi benda-benda bersejarah yang dikumpulkan oleh Presiden Soeharto selama masa pengabdiannya, mulai dari perang kemerdekaan hingga masa pembangunan, dan dipajang untuk umum.
Museum ini memiliki bangunan yang cukup unik dengan bentuk atap yang menyerupai kerucut dan mirip seperti bentuk nasi tumpeng. Gedung museum ini berdiri di atas lahan seluas 2,5 hektar.
- Museum Keprajuritan Indonesia
Museum Keprajuritan didesain dengan bangunan berbentuk benteng yang melambangkan pertahanan bangsa Indonesia. Museum ini berdiri di atas lahan seluas 4,5 hektar dengan bangunan seluas 5.500 meter persegi.
Halaman depan gedung ini memiliki danau buatan yang lengkap dengan dermaga mini serta dua kapal tradisional khas Banten dan Phinisi (Bugis), yang melambangkan ketahanan armada maritim Indonesia.
Museum ini menampilkan berbagai jenis senjata dari seluruh Indonesia yang berasal dari zaman ke zaman, serta informasi tentang pusaka.
Museum ini memiliki beberapa koleksi pusaka yang melegenda, seperti Kujang dari Pajajaran, Keris Nagasasra Sabuk Inten dari zaman Mataram, Karih dari Sumatera, dan Kudi dari zaman Kerajaan Tuban, serta berbagai jenis senjata lainnya yang sulit ditemukan pada masa sekarang.
Museum Pusaka ini menempati bangunan seluas 1.535 meter persegi dengan bagian atap yang berbentuk keris yang menjulang.
5. Wahana Rekreasi
TMII menawarkan lebih dari sekadar tempat pembelajaran, karena juga memiliki sejumlah wahana rekreasi yang menarik. Beberapa di antaranya adalah:
Taman air di TMII didesain khusus sebagai tempat rekreasi berkelas dunia dengan konsep pegunungan salju yang menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan.
Snowbay Waterpark memiliki lahan seluas 3 hektar dan dilengkapi dengan sejumlah wahana permainan air seperti kolam ombak, kolam arus, Boombaster, Cool Running, Play Pool, Tots Pool, dan Kids Pool. Selain itu, terdapat juga beberapa fasilitas pendukung lainnya seperti spa & Jacuzzi, Cafe Polaris, VIP Cabana, Food Court, dan lainnya.
Skylift atau Kereta Gantung merupakan perintis kendaraan wisata di Indonesia dan menjadi salah satu wahana favorit bagi pengunjung TMII.
Dengan mengendarai Skylift, para pengunjung dapat menikmati keindahan landskap TMII yang terhampar di bawahnya.
Istana Anak Istana Indonesia (IAI) memiliki daya tarik tersendiri dengan bangunan berbentuk istana sebagaimana istana dalam dongeng HC Andersen, terutama bagi anak-anak.
Di dalam IAI, tersedia sarana belajar yang menyenangkan berupa alat peraga IPTEK, peralatan musik diatonik dan pentatonik, serta berbagai alat permainan yang menyehatkan sekaligus mendidik.
Teater Imax yang memiliki bentuk seperti keong mas raksasa merupakan tempat pertunjukan dan pemutaran film dengan teknologi tinggi.
Dengan teknologi yang dikembangkan, Teater Imax dapat meng-upgrade sistem dan memutar film dengan teknologi IMAX Digital Re-Mastering yang menampilkan kualitas gambar dan suara yang memukau.
Teater 4D (D’Motion) merupakan pengembangan dari film 3D yang memberikan pengalaman menonton yang lebih interaktif dan mengesankan.
Teater 4D di TMII dibangun di atas lahan seluas 1.098 meter persegi dan dapat menampung 260 kursi.
Kereta aeromovel di TMII berjalan di atas jalan yang berada di permukaan tanah setinggi 6 meter dan menggunakan tenaga angin.
Dengan panjang lintasan sekitar 3,2 km dan kecepatan 15-20 km/jam, pengunjung dapat menikmati pemandangan di area TMII dengan mudah.
Taman Legenda Keong Mas adalah wahana rekreasi yang bermuatan unsur budaya dan edukasi. Taman ini menawarkan berbagai fasilitas, seperti Teater Legenda, Taman Legenda, Museum Asmat, Pojok Edukasi, Arkeolog Cilik, Petualangan Dinossaurus, Nirwatga Kisar, Bajak Laut, Kereta Beos, Mobil Tanjak, dan masih banyak lagi.
Kolam pemancingan seluas 1.000 meter persegi di Telaga Mina tidak hanya digunakan untuk menyalurkan hobi memancing, tetapi juga sebagai tempat untuk berolahraga dan bersantai.
Model pemancingan yang berlaku di sini menggunakan sistem galatama atau sistem kompetisi dengan jumlah pemancing dan waktu memancing yang dibatasi.
Fasilitas di TMII
TMII memiliki area yang sangat luas dengan berbagai jenis wisata dan wahana, sehingga fasilitas yang representatif sangat diperlukan untuk melengkapi keberadaannya.
Fasilitas yang tersedia di TMII dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu restoran dan hotel, persewaan gedung, galeri dan toko kerajinan tangan, serta transportasi umum.
Restoran dan hotel di TMII berlokasi di dalam kompleks wisata, sehingga pengunjung tidak perlu mencari tempat penginapan di luar lokasi wisata.
Beberapa fasilitas restoran dan hotel yang tersedia di antaranya adalah Pondok Pecel Madiun, Puri Caping Gunung, Graha Wisata Remaja, Graha Wisata Hostel, dan Desa Wisata.
Pengunjung yang ingin membeli souvenir atau melihat hasil karya para seniman dapat datang ke Desa Seni atau Pasar Buku Langka.
Sementara itu, TMII juga menyewakan beberapa gedung untuk mengakomodasi berbagai acara seperti wisuda, pesta pernikahan, pagelaran seni, gathering, dan acara lainnya. Gedung yang disewakan meliputi Gedung Joglo, Teater Bhineka Tunggal Ika, Teater Tanah Airku, dan Sasana Kriya.
Karena luasnya area TMII yang mencapai 150 hektar atau 1,5 km persegi, pihak pengelola menyediakan berbagai sarana transportasi seperti sepeda wisata, sepeda listrik, dan mobil keliling untuk memudahkan pengunjung dalam berkeliling TMII.