Lokasi: Desa Tegal Waru, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat
Map: Klik Disini
HTM: Sepeda Motor Rp.3.000, Mobil Rp.5.000
Buka Tutup: 24 Jam
Tidak hanya Waduk Jatiluhur, tetapi Purwakarta juga memiliki Waduk Cirata yang menjadi kebanggaan kabupaten tersebut. Jika Waduk Jatiluhur dianggap sebagai bendungan terbesar di Indonesia, maka Waduk Cirata merupakan bendungan PLTA terbesar di Asia Tenggara.
Waduk Cirata menghasilkan kapasitas listrik sebesar 1.428 GWH setiap tahunnya, yang kemudian disalurkan melalui sistem interkoneksi ke Jamali (Pulau Jawa, Madura, dan Bali) melalui transmisi bertegangan tinggi sebesar 500 kV.
Dengan deskripsi singkat mengenai Waduk Cirata tersebut, dapat terlihat betapa megahnya bendungan ini. Meskipun tidak digunakan secara langsung sebagai objek wisata, bendungan ini masih menarik bagi para wisatawan.
PLTA ini memang luar biasa bukan hanya dari segi kebesarannya, tetapi juga menawarkan pemandangan alam yang memukau, sama seperti bendungan-bendungan raksasa lain di Indonesia. Selain itu, ada berbagai kegiatan menarik yang dapat dinikmati di lokasi ini, menjadi daya tarik dan keunggulan tambahan dari Waduk Cirata.
Sejarah Deskripsi
Dalam pembangunannya, Bendungan Cirata dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung dari tahun 1983 hingga 1988, sedangkan tahap kedua berlangsung dari tahun 1995 hingga 1997. Secara topografi, bendungan ini terletak di antara rangkaian bukit yang menghubungkan tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Bandung, dan Purwakarta.
Meskipun demikian, secara administratif, Waduk Cirata secara resmi berada di wilayah Purwakarta dengan alamat di Desa Tegal Waru, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat.
Kawasan bendungan ini memiliki luas total sebesar 43.777,6 hektar, terdiri dari 37.577,6 hektar wilayah daratan dan 6.200 hektar wilayah perairan. PLTA Cirata terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum dan airnya dipenuhi dari Waduk Saguling yang letaknya lebih tinggi.
Air yang mengalir dari Bendungan Cirata selanjutnya dialirkan menuju Bendungan Jatiluhur. Dengan demikian, air dari Bendungan Saguling terus dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, dimulai dari Bendungan Saguling, Cirata, hingga Jatiluhur.
PLTA Cirata terdiri dari empat bangunan utama. Pertama adalah bendungan atau waduk yang digunakan sebagai tempat penampungan air. Kedua, saluran air yang mengalirkan air dari waduk. Ketiga, gedung unit pembangkit atau powerhouse yang bertugas menghasilkan energi listrik. Terakhir, terdapat switchyard yang berfungsi sebagai unit transmisi untuk menyalurkan energi listrik.
Selain itu, PLTA ini juga dilengkapi dengan sebuah terowongan yang berfungsi sebagai akses jalan ke powerhouse yang terletak di dalam perut bumi.
Tidak seperti bendungan-bendungan raksasa lainnya yang memiliki banyak fungsi, bendungan ini awalnya dibangun dengan fungsi utama sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan Bali.
Namun, seiring berjalannya waktu, aktivitas lain juga mulai berkembang dan memberikan warna tersendiri. Pada tahun 1986, dilakukan pengaplikasian budidaya jaring apung dengan maksud memberikan lapangan kerja bagi penduduk sekitar.
Budidaya keramba apung ini mengalami perkembangan yang pesat, bahkan melebihi batas yang telah ditentukan, sehingga berdampak negatif pada kualitas air. Sebagai tindakan responsif, pada tahun 2016 dilakukan pembersihan kolam jaring apung (KJA) di kawasan perairan Waduk Cirata, termasuk di Bendungan Jatiluhur.
Kebijakan ini akan berlaku untuk sementara waktu saja, dengan memperbolehkan petani untuk membuat KJA, meskipun jumlahnya akan dibatasi. Menutup sepenuhnya KJA adalah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, karena selain menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat sekitar, juga menyumbangkan 30 persen pasokan ikan air tawar di Provinsi Jawa Barat.
Tidak hanya KJA yang mempengaruhi kawasan bendungan, tetapi juga aktivitas wisata. Meskipun tidak ada area wisata khusus, potensi besar terdapat pada keindahan alam di kawasan ini yang dapat dikembangkan sebagai industri pariwisata.
Seperti halnya bendungan-bendungan besar lainnya di Indonesia, Waduk Cirata juga menyimpan kisah mistik dan misteri yang menunjukkan bahwa kawasan ini dianggap angker, di mana pengunjung harus memperhatikan pantangan-pantangan yang merupakan bagian dari kearifan lokal.
Salah satu kisah misteri yang menarik adalah adanya villa kuna yang merupakan hotel bagus di dekat bendungan, yang menawarkan tarif yang terjangkau. Namun, hampir tidak ada orang yang berani menginap di hotel tersebut kecuali dalam keadaan terpaksa, karena dikatakan sering terjadi penampakan-penampakan yang tidak dapat dijelaskan.
Masyarakat setempat juga berkeyakinan bahwa kawasan waduk, baik di darat maupun di perairan, didiami oleh beragam makhluk halus dalam jumlah yang melimpah dan dengan berbagai penampilan. Entitas gaib yang sering kali muncul secara terlihat diyakini sebagai banaspati, memiliki wujud mirip manusia namun tubuhnya memancarkan api.
Selain itu, terdapat fenomena aneh lainnya yang terkait dengan tingginya debit air yang secara tiba-tiba meluap dan kemudian dengan cepat surut secara ekstrem. Kejadian semacam ini sering terjadi saat bulan purnama.
Rute Menuju Lokasi
Untuk mencapai PLTA terbesar di Asia Tenggara ini, tidaklah sulit. Bahkan tanpa peta atau Google Maps, Anda tidak akan tersesat karena PLTA ini berada di perlintasan utama antara Bandung dan Jakarta. Selain itu, hampir semua penduduk Purwakarta mengetahui lokasi PLTA tersebut.
Bagi wisatawan yang datang dari Jakarta, terdapat beberapa jalur yang dapat ditempuh, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Jalur pertama melibatkan perjalanan melalui Bogor menuju Puncak, lalu melalui Cianjur dan Cikalong Kulon sebelum mencapai tujuan akhir.
Alternatifnya, jalur kedua melibatkan perjalanan melalui Jonggol menuju Cikalong Kulon dan baru kemudian mencapai Cirata. Cara lainnya adalah melalui Tol Cikampek dengan keluar di pintu Tol Jatiluhur sebelum melanjutkan perjalanan ke Plered.
Para wisatawan yang berasal dari Bandung memiliki opsi untuk melewati Tol Cipularang dan keluar melalui pintu Tol Cikalong Wetan sebelum melanjutkan perjalanan ke arah Plered.
Sementara itu, bagi pengunjung yang datang dari Cianjur, dapat memilih melewati jalur Cikalong Kulon. Bagi mereka yang berasal dari Purwakarta, jalan yang dapat mereka tempuh adalah melalui jalan Cikalong Wetan.
Karena terletak di daerah perbukitan, rute perjalanan ini memiliki tanjakan dan tikungan yang cukup curam. Oleh karena itu, penting bagi para pengendara untuk tetap berhati-hati dan waspada.
Namun, tidak perlu khawatir, karena jalan tersebut telah diperbaiki dengan aspal yang halus dan memiliki badan jalan yang lebar, sehingga dapat dilalui oleh kendaraan-kendaraan besar.
Daya Pikat
Pemandangan di sekitar danau buatan ini mempesona dengan permukaan air yang memantulkan keindahan tempat pembudidayaan ikan jaring terapung dan perahu-perahu nelayan.
Selain itu, keelokan ini diperkaya dengan bebukitan yang menghijau, yang menjadikan pemandangan semakin menakjubkan.
Terutama saat senja tiba, mata akan dimanjakan dengan keindahan matahari terbenam yang bisa dinikmati dari tepi waduk ini.
Kegiatan wisata di tempat ini akan menjadi lebih seru dengan melakukan eksplorasi perairan menggunakan perahu dan melihat dengan mata telanjang proses pembudidayaan ikan jaring terapung. Hanya dengan membayar Rp.30.000, Anda bisa menikmati perjalanan berperahu selama 2-3 jam mengelilingi waduk.
Bagi para penggemar memancing, Waduk Cirata adalah destinasi yang sempurna untuk memuaskan hasrat mereka. Tempat ini menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan air tawar dengan ukuran yang beragam dan jumlah yang melimpah.
Di kawasan ini, Anda juga akan menemukan banyak spot memancing yang terkenal di kalangan para pecinta mancing. Beberapa di antaranya adalah Calincing, Jangari, Palumbon, Pasir Ucing, Palalangon, Babakan Garut, serta pasir Geulis atau Cipicung.
Selain itu, saat mengunjungi Waduk Cirata, jangan lupa untuk menikmati kuliner khas daerah ini. Di sepanjang lokasi wisata, Anda akan menemukan banyak warung yang menjual makanan lezat, termasuk hidangan khas Purwakarta, yaitu Sate Maranggi.
Namun bagi mereka yang ingin menikmati hidangan di pusat kuliner Waduk Cirata, Buangan adalah tempat yang bisa mereka tuju. Kawasan ini menyediakan banyak warung dan rumah makan yang menawarkan beragam hidangan. Meskipun ada pilihan menu yang berbeda, ada satu hidangan yang bisa ditemukan di setiap warung di sini, yaitu Nasi Liwet dan Ikan Bakar.
Keistimewaan kuliner khas ini tidak diukur dengan porsi, tetapi dengan jumlah liter beras untuk Nasi Liwet dan berat ikan yang dipesan. Setelah memesan, pengunjung harus menunggu makanan tersebut dimasak selama sekitar 30-40 menit karena semua bahan yang digunakan masih segar.
Sebelum digoreng atau dibakar, ikan-ikan tersebut masih hidup dan sayuran langsung dipetik dari pohonnya.
Keunikan tidak hanya berhenti di situ, tetapi juga terlihat dari penyajian. Makanan yang disajikan kepada rombongan pengunjung tidak diletakkan di piring atau mangkuk, melainkan di nampan besar.
Di dalam nampan itulah nasi disusun sesuai dengan jumlah beras yang dipesan, dan ikan yang telah dimasak, sayuran segar, serta sambal. Dengan demikian, para pengunjung dalam rombongan bisa bersantap bersama dalam satu nampan besar, menciptakan suasana kenduri yang mengesankan saat makan bersama.
Tergantung pada jenis ikan yang dipesan dan variasi lauk tambahan seperti tahu, tempe, atau telur, harga nasi liwet dengan lauk ikan bakar tersebut dapat bervariasi.
Jika kita menghitung untuk makan bersama 5 orang dengan memesan 1 liter beras dan 1 kg ikan ditambah minuman, secara rata-rata harganya sekitar Rp.140.000 – Rp.150.000 di seluruh warung di Buangan.
Di Buangan, di mana merupakan kawasan wisata dan menyajikan ikan segar, makanan di sana relatif murah dan memiliki rasa yang lezat.
Harga Tiket Masuk
Dalam memasuki kawasan Waduk Cirata, biaya tiket masuk tidak ditentukan berdasarkan jumlah orang yang memasuki area tersebut, tetapi bergantung pada jenis kendaraan yang digunakan.
Motoris yang datang ke Waduk Cirata dikenai biaya masuk sebesar Rp.3.000 sementara pengemudi mobil dikenakan biaya sebesar Rp.5.000. Meskipun biaya masuk berbeda tergantung jenis kendaraan, tidak ada biaya parkir yang termasuk dalamnya.
Oleh karena itu, setiap kendaraan harus membayar biaya parkir yang sama dengan biaya masuk.
Harga tiket masuk yang sangat terjangkau ini disebabkan oleh fakta bahwa Waduk Cirata pada awalnya bukanlah destinasi wisata, namun sekarang telah menjadi tujuan yang populer bagi para wisatawan.
Fasilitas
Fasilitas yang ada di kawasan bukanlah sekomplit fasilitas yang terdapat di objek-objek pariwisata. Namun, para wisatawan tidak perlu khawatir karena untuk kebutuhan dasar seperti kamar mandi, MCK, dan mushollah, semuanya sudah tersedia di lokasi.
Bagi yang ingin memenuhi kebutuhan makan dan minum, terdapat tempat kuliner bernama Buangan di sekitar Waduk Cirata.
Selain itu, untuk para wisatawan yang berencana menginap di sekitar bendungan, terdapat berbagai hotel dengan fasilitas dan tarif yang beragam. Bahkan BPWC (Badan Pengelola Waduk Cirata) juga memiliki hotel sendiri yang disewakan kepada para wisatawan.
Apabila mencari penginapan dengan tarif yang lebih terjangkau, opsi lainnya adalah menyewa rumah-rumah penduduk yang dijadikan homestay. Tarif sewa kamar permalam di homestay ini berkisar antara Rp.75.000 hingga Rp.100.000.