Wisma Karya Subang adalah sebuah gedung bersejarah yang memiliki nilai sejarah tinggi di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Gedung yang terletak di Jalan Ahmad Yani ini dibangun pada tahun 1929 dan merupakan peninggalan kolonial Belanda. Gedung ini memiliki arsitektur yang khas dan menjadi salah satu objek wisata sejarah yang populer di Subang.
Selain sebagai museum, Wisma Karya Subang juga digunakan sebagai tempat pertunjukan, olahraga, dan acara sosial lainnya. Di dalam museum ini, terdapat banyak koleksi dari zaman prasejarah hingga zaman pasca kemerdekaan yang dapat memberikan gambaran tentang sejarah Kabupaten Subang.
Artikel ini akan membahas sepuluh gambar dari Wisma Karya Subang, jam buka dan tutup, lokasi, alamat, serta asal usul museum tersebut.
Lokasi: Jl. Ade Irma Suryani Nasution No 02 Karanganyar, Cigadung, Kecamatan Subang, Kabupaten Subang 41211
Map: Klik Disini
HTM: Gratis
Buka: 08:00 – 16:00
Telepon: (0260) 411014
Wisma Karya Subang
Salah satu objek wisata bersejarah yang terdapat di Kabupaten Subang ialah Wisma Karya. Bangunan ini memiliki nilai sejarah yang penting bagi perjalanan kemerdekaan Subang, sebab sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda.
Wisma Karya terletak di Jalan Ade Irma Suryani No. 02 Karanganyar Subang, di Pulau Jawa Bagian Barat. Lokasinya yang sangat strategis, berada di pintu gerbang menuju Kota Subang dari arah Bandung, menjadikan bangunan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Sejarah Singkat
Dahulu, bangunan yang berdiri di atas tanah seluas 1 hektar ini digunakan sebagai tempat refreshing bagi kaum Gegadan Belanda di bawah kepemimpinan Tuan Peter Wellem Hofland. Dalam naskah sejarah yang tersimpan di Museum ini dijelaskan bahwa Hofland melakukan penjajahan di Subang dengan cara memperluas kekuasaannya melalui usaha di bidang perkebunan kopi. Hofland sendiri sudah dikenal sebagai seorang saudagar kopi pada saat itu.
Pada tahun 1840, Hofland membuat kontrak dengan pemerintah Hindia Belanda untuk terlibat dalam perdagangan kopi. Selain itu, dia juga menjadi pemilik tanah (P&T) Pamanoekan & Tjiasem Landen. Pada tahun 1858, seluruh tanah P&T Land menjadi milik pribadi Hofland.
Berdirinya P&T Lands disebabkan oleh defisit keuangan pada masa Thomas Stanford Raffles. Beberapa tanah yang dulu dikuasai oleh pemerintah kolonial dijual kepada partikelir, dan kemudian dibeli oleh Hofland.
Pada tahun 1859, pemerintah Hindia-Belanda memberikan kekuasaan kepada partikelir untuk mengangkat pejabat pemerintah yang disebut demang.
Hofland berusaha untuk membuat dirinya lebih eksklusif di wilayah jajahannya dengan bekerja sama dengan delapan demang untuk mendirikan sebuah gedung yang kemudian diberi nama Societe, yang berarti kelompok masyarakat eksklusif.
Setelah delapan pejabat pemerintahan partikelir demang diangkat, wilayah Subang dibagi menjadi delapan kademangan. Masing-masing kademangan adalah Kademangan Batu Sirap (Cisalak), Kademangan Ciherang/Wanareja, Kademangan Segalaherang, Pagaden, Pamanukan, Ciasem, Malang/Purwadadi, dan Kademangan Kalijati.
Kelompok Societe sering berkumpul untuk bersosialisasi di gedung yang sekarang dikenal sebagai Wisma Karya. Gedung ini diresmikan oleh Mrs. WH Daukes pada tanggal 14 Januari 1929 sebagai tempat bersosialisasi bagi para pejabat P&T Land.
Daya Tarik
Selain digunakan untuk pertemuan sosialisasi, Gedung Wisma Karya juga difungsikan sebagai tempat pertunjukan, olahraga, golf, biliard, dan bowling bagi orang asing.
Dari segi arsitektur bangunannya, terdapat sebuah ruang pertemuan dengan panggung di bagian kanan Gedung Wisma Karya. Ruangan tersebut digunakan oleh kaum Gegadan Belanda untuk menonton film dan berdansa.
Di belakang ruangan tersebut terdapat ruangan yang mirip dengan kantor-kantor. Sisi barat, utara, dan timur Gedung Wisma Karya dipagari dengan besi, sedangkan sisi selatannya merupakan halaman terbuka yang menjadi ruang publik.
Bangunan Wisma Karya memiliki gaya Postmodern dengan denah segi empat yang terdiri dari empat unit mengelilingi. Pada masing-masing bagian, bagian bawah bangunan terbuat dari batu, sedangkan bagian atas terbuat dari bata. Serambi bangunan diperkuat dengan tiang batu berbentuk persegi.
Sebuah Lukisan
Di Gedung Wisma Karya, terdapat sebuah lukisan dari foto Danta Ganda Wikarma yang merupakan seorang Bupati Karawang Timur (Subang) yang terpampang di pojok dinding. Deretan foto potret lainnya juga terdapat di ruangan tersebut.
Tujuan dari penempatan lukisan tersebut adalah untuk menunjukkan bahwa Danta Ganda Wikarma adalah orang pertama yang menjabat sebagai Bupati Subang pada tanggal 5 April 1948. Oleh karena itu, tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai hari lahir Kota Subang.
Melalui Museum Wisma Karya, sejarah Kabupaten Subang mulai dari zaman prasejarah hingga zaman pasca kemerdekaan dapat diketahui melalui koleksi yang berada di dalam gedung ini.
Selain beberapa cerita dari zaman prasejarah Kota Subang, Museum ini juga menyimpan beberapa artefak peninggalan Belanda yang masih terjaga dengan baik dan ditempatkan rapi di dalam etalase.
Bukti penyebaran agama Islam di Kabupaten Subang juga terdapat di dalam museum ini. Museum ini memiliki koleksi Alqur’an yang dibuat dari kulit binatang, serta beberapa keris yang digunakan oleh para penyebar Islam di wilayah Subang.
Koleksi di Dalam
Beberapa senjata yang digunakan oleh para penjajah tersimpan rapi dalam etalase, antara lain pistol kuno, pedang VOC, bedil dorlok, keris, dan banyak lagi.
Selain senjata, terdapat juga beberapa alat elektronik kuno seperti telepon dan radio yang terpajang di dalam museum.
Patung pemilik bangunan kuno yang bersejarah, yakni patung PW Hofland buatan tahun 1878, menjadi koleksi utama dalam museum ini. Patung pemilik Kabupaten Subang pada zamannya ditempatkan berdampingan dengan patung seorang wanita yang dibawah kakinya tertera tahun pembuatan 1875.
Hingga saat ini, arsitektur bangunan Gedung Wisma Karya masih dipertahankan seperti aslinya. Namun, fungsinya telah berubah. Pada sekitar tahun 2010, Gedung Wisma Karya dijadikan kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Subang.
Selain digunakan sebagai museum, Gedung Wisma Karya yang merupakan tempat peninggalan Belanda, sering disewakan untuk acara-acara tertentu. Beberapa ruang di dalamnya juga digunakan sebagai kantor organisasi mahasiswa atau yang disebut ormas.