Latar Belakang dan Keluarga
Michael Polanyi lahir pada tanggal 11 Maret 1891 di Budapest, Hongaria, dari keluarga Yahudi yang terkenal karena keahlian mereka dalam bidang ekonomi dan keuangan. Ayahnya, Mihaly Polanyi, adalah seorang pengusaha sukses yang memperoleh kekayaannya dari perdagangan dengan pedagang India dan Inggris. Ibunya, Cecile Polanyi, berasal dari keluarga yang sama-sama kaya raya dan terkenal.
Polanyi adalah anak kedua dari lima bersaudara. Dia tumbuh dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang sangat terdidik dan berbudaya tinggi. Orang tuanya sangat peduli terhadap pendidikan dan memberikan dukungan untuk mengembangkan minat dan bakat yang dimilikinya.
Pendidikan dan Karier
Polanyi memulai pendidikannya di sekolah dasar swasta di Budapest. Dia kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di Real Schule, sebuah sekolah menengah di kota itu. Setelah lulus dari Real Schule, Polanyi melanjutkan studinya di Universitas Budapest, di mana dia belajar kimia dan fisika.
Setelah meraih gelar sarjana kimia pada tahun 1912, Polanyi bekerja sebagai asisten dosen di universitas tersebut. Pada tahun 1914, ia menjadi asisten peneliti pada laboratorium kimia di Universitas Jerman di Berlin. Di sana, Polanyi bertemu dengan banyak ilmuwan terkenal, seperti Albert Einstein dan Max Planck, yang mempengaruhi pandangan dan minatnya dalam melakukan penelitian.
Pada tahun 1919, Polanyi kembali ke Budapest dan menjadi asisten profesor fisika di Universitas Budapest. Di sinilah dia memulai penelitian atas gerakan molekul dalam gas. Pada tahun 1926, Polanyi pindah ke Universitas Manchester di Inggris dan menjabat sebagai profesor fisika.
Di Manchester, Polanyi terus melakukan penelitian pada gerakan molekul secara teoretis dan eksperimental. Dia juga bekerja sama dengan ilmuwan lain dalam penelitian topik-topik pergaulan ilmiah dan ilmu pengetahuan sosial. Pada tahun 1945, dia menjadi profesor fisika di Universitas London.
Kontribusi dan Inovasi
Polanyi banyak berkontribusi dalam bidang fisika kimia dan ilmu pengetahuan sosial. Karya utamanya adalah tentang dinamika molekul dan gaya intermolekuler yang memengaruhi sifat zat. Polanyi memperkenalkan konsep tentang tekanan adsorpsi isotermal, yang mengidentifikasi cara molekul berinteraksi dengan permukaan padat.
Selain itu, Polanyi juga terkenal karena kontribusinya pada ilmu pengetahuan sosial, seperti sistem klasifikasi ilmu pengetahuan dan matematika. Dia mengembangkan konsep “gagasan yang kreatif” dan “ilham yang tak terduga” sebagai bagian dari metode ilmiah dan kesesuaian dalam eksperimen.
Dia juga menekankan pentingnya komunikasi antara para ilmuwan dan kebutuhan untuk meningkatkan pergaulan interdisipliner dalam penelitian. Polanyi juga dikenal sebagai seorang komentator fikiran kritis dan publikasi dalam bidang falsifikasi, pertanyaan, dan pengujian.
Pengaruh dan Inspirasi
Polanyi banyak dipengaruhi oleh pemikir sosial dan filsafat seperti Karl Popper, Epistemologi Thomas Kuhn, dan penulis anonim Søren Kierkegaard. Polanyi juga dipengaruhi oleh filsafat alam seperti Teori Kesadaran Alfred North Whitehead. Dia menyebut pandangan ini sebagai “transendentalisme” dan menggunakannya untuk menjelaskan kedalaman keterlibatan manusia dalam sistem pengetahuan.
Keterlibatan manusia dalam sistem pengetahuan mengarah pada pemikiran Polanyi yang dikenal sebagai “pengetahuan yang bersifat personal”. Menurut pandangan ini, pengetahuan adalah hasil dari interaksi yang membutuhkan keterampilan, bakat, dan pengalaman pribadi. Polanyi mengembangkan konsep “pengetahuan yang diimplikasikan” dalam bidang ilmu sosial, yang menunjukkan keberadaan unsur tak terlihat dalam produksi pengetahuan.
Pandangan Polanyi tentang personalitas menekankan pentingnya intuisi dalam penemuan dan inovasi ilmiah. Menurut pandangannya, pengetahuan manusia melampaui algoritma dan metode formal lainnya. Ini mempengaruhi bidang fisika dan sains selanjutnya.
Kehidupan Pribadi
Polanyi menikah dengan Magda Kemeny pada tahun 1917. Mereka memiliki tiga anak: George, John, dan Eva. Polanyi sangat mencintai keluarganya dan menunjukkan kepedulian yang besar kepada mereka. Dia juga menjadi orang yang sangat simpatik dan antusiasme.
Pada akhir 1940-an, Polanyi aktif dalam gerakan sekularisme. Dia memiliki keyakinan pada nilai-nilai kebebasan yang terkait dengan riang semangat kemajuan dalam tradisi Kristen. Polanyi tetap menyebut dirinya seorang Yahudi meskipun dia bukan seorang pengamal agama yang taat bersikeras.
Polanyi meninggal pada tanggal 22 Februari 1976 di Northampton, Inggris, setelah menderita serangan jantung. Keluarganya menempatkan makam Polanyi di perkuburan Golders Green di London.
Pencapaian dan Penghargaan
Polanyi dihargai dengan banyak penghargaan atas kontribusinya dalam bidang fisika dan sains sosial. Dia menerima medali Hughes dari Royal Society Inggris pada tahun 1943 dan penghargaan Erasmus pada tahun 1951. Pada tahun 1963, ia dianugerahi Ordre National de la Legion d’Honneur Prancis.
Polanyi juga mendapat pengakuan atas karya tulisnya di bidang sains sosial. Karyanya, “Personal Knowledge: Towards a Post-Critical Philosophy”, memenangkan penghargaan Laporan Anak-Anak Yahudi untuk 1959 mendapatkan penghargaan uang tunai sebesar £ 1000 sebagai hasil penghargaan pertama yang diberikan oleh lembaga itu.
Warisan dan Dampak
Karya Polanyi terus mempengaruhi ilmu fisika dan sains selanjutnya. Kontribusinya dalam bidang molekul dan mekanika statistik terus digunakan dalam penelitian dan pengembangan aplikasi baru seperti bertumbuhnya kristal dan desain industri. Karya terakhirnya dalam ilmu pengetahuan sosial tetap menjadi dasar untuk penelitian sistem klasifikasi dan pengetahuan.
Dalam beberapa dekade terakhir, polaianya dikenal revived dalam berbagai disiplin ilmu seperti ilmu politik, sosiologi, dan filsafat. Para ilmuwan menganggap pandangannya tentang pengetahuan pribadi dan nilai kebebasan dalam tradisi Kristen sebagai tema penting dalam pemikiran saat ini.
Karya Polanyi tidak hanya mempengaruhi dunia sains, tetapi juga mendorong gagasan penting tentang nilai-nilai yang terkait dengan manusia, seperti kebebasan, kreativitas, dan intuisi. Warisan Polanyi diteruskan dalam tulisan-tulisannya dan karya-karya terkait, bagaimanapun, menginspirasi banyak ilmuwan dan filsuf modern untuk merenungkan kembali signifikansi personalitas dalam pengembangan pengetahuan.
Kutipan terkenal dari Michael Polanyi
1. “We know more than we can tell.”
2. “Tacit knowing is not just a matter of skills or techniques; it also involves a kind of judgment or intuition.”
3. “The world’s great problems cannot be solved by scientists alone; they require the help and involvement of people from many different fields and perspectives.”
4. “Science is not just a collection of facts and theories, but a way of looking at the world and asking questions.”
5. “The pursuit of knowledge is not just a matter of curiosity or intellectual stimulation; it can also have practical applications and benefits for society.”
6. “All knowledge is inherently personal and subjective, shaped by our experiences, beliefs, and values.”
7. “We must be willing to challenge our own assumptions and beliefs in order to make progress in our understanding of the world.”
8. “The art of discovery is not just a matter of following a set procedure or method, but also depends on creativity, intuition, and serendipity.”
9. “The most important discoveries are often those that challenge existing paradigms and open up new avenues of inquiry and exploration.”
10. “The pursuit of knowledge is never complete; there is always more to discover and learn.”
Teknologi yang terinspirasi dari Michael Polanyi
Salah satu teori yang terinspirasi dari Michael Polanyi adalah konsep “tacit knowledge” atau pengetahuan yang sangat sulit atau bahkan tidak mungkin dijelaskan dengan kata-kata. Polanyi menjelaskan bahwa pengetahuan tacit ini sangat penting dalam proses penciptaan ilmu baru atau penemuan teknologi, karena sering kali dari pengetahuan tacit ini muncul ide-ide atau hipotesis baru yang kemudian dikembangkan lebih lanjut.
Kebijakan yang terinspirasi dari teori Polanyi adalah kebijakan untuk mendorong kolaborasi dan pertukaran pengetahuan antara individu atau institusi yang berbeda, karena dapat membantu menggali pengetahuan tacit yang mungkin dimiliki oleh pihak lain. Ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti membuka ruang untuk diskusi, seminar, konferensi, dan program pertukaran ilmuwan antar negara.
Dalam bidang teknologi, teori Polanyi memberikan inspirasi dalam pengembangan sistem pakar atau artificial intelligence yang mampu “belajar” dari data dan pengalaman yang diakumulasi secara tacit, seperti mengenal pola-pola dan kebiasaan pengguna, atau mampu mengenali contoh-contoh sukses atau kegagalan dalam sejarah inovasi teknologi.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, teori Polanyi memotivasi untuk mengembangkan metode penelitian yang memperhitungkan aspek tacit ini, seperti metode “grounded theory” yang mencoba menggali pengetahuan tacit dari pengalaman empiris, atau metode etnografi yang mencoba memahami dan menerjemahkan pengetahuan tacit dari budaya-budaya tertentu.